BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semenjak
Cina menjadi kekaisaran pada abad ke-3 sebelum masehi, di Cina telah sering
terjadi pergantian dinasti atau keluarga pengusaha. Secara garis besar
dinasti-dinasti ini terbagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah dinasti
besar yang berkuasa sangat lama seperti Dinasti Han (awal abad ke-3 SM hingga tahun 220), Dinasti Tang (618-906),
Dinasti Sung (960-1279), Dinasti Ming (1368-1644), dan Dinasti Ching atau
Manchu (1644-1912) merupakan dinasti terakhir di Cina. Jenis yang kedua adalah
sejumlah dinasti kecil yang hanya berkuasa sebentar di antara masa pemerintahan
dinasti-dinasti besar. Dan dinasti kecil ini hanya bertahan tidak lebih dari 20
tahun seperti halnya dinasti Chin sebelum dinasti Han.
Sejarah
Cina modern dimulai bukan karena perubahan besar yang terjadi di Cina, tetapi
karena kedatangan bangsa-bangsa Barat. Pada awal abad ke 19 Cina masih
merupakan sebuah kekaisaran di Asia Timur yang terisolir dari dunia luar.
Ide-ide
baru yang menyegarkan seperti demokrasi, nasioonalisme dan individualisme yang
dibawa ke Cina oleh Orang Barat, semakin menarik banyak perhatian
pemikir-pemikir Cina. Sebagian menganjurkan untuk dilakukan suatu reformasi,
sedangkan sebagian yang lainnya menyiapkan suatu revolusi. Pada 10 Oktober 1911
terjadi sebuah revolusi dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen dan menggulingkan dinasti
Manchu, 1912 berdiri sebagai sebuah Negara Republik dengan Dr. Sun Yat Sen
sebagai Presiden pertamanya.
Negara
Republik yang baru ini dihadapkan pada berbagai masalah, disebabkan karena
tidak memiliki kekuatan militer yang nyata. Dr. Sun Yat Sen dipaksa melepaskan
jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Yuan Shi Kai yang memimpin
Tentara Cina Utara. Setalah Yuan Shi Kai meninggal pada tahun 1916, dimulailah
suatu zaman yang disebut dengan kekuatan militer. Kaum militer di berbagai
tempat di Cina saling bertempur sendiri sehingga pemerintah pusat di Beijing
berpindah-pindah tangan menurut siapa pemegangnya. Kaum revolusioner diri di
bawah Dr. Sun Yat Sen mengorganisir diri di bawah Partai Nasional atau
Kuomintang yang berbasis di Cina Selatan. Setelah Dr. Sun Yat Sen meninggal
pada tahun 1925, Kuomintang dipimpin oleh Jenderal Chiang Kai Shek. Kaum
Nasionalis dan Komunis bekerjasama mempengaruhi rakyat agar menentang panglima
perang dan antek-anteknya.
Cina
dibawah pimpinan Chiang Kai Shek mengalami berbagai masalah baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. Partai Komunis Cina yang didirikan pada tahun
1921, menentang pemerintah pusat dan mengadakan pemberontakan. Ancaman dari
luar adalah militerisme Jepang yang ingin memperluas kekaisarannya dengan
menaklukan Cina.
Pada
tahun 1931 Jepang berhasil menduduki Manchuria. Baik Kaum Nasionalis maupun
Kaum Komunis, keduanya sepakat bahwa penyerbuan Jepang ke Manchuria tidak dapat
dibiarkan begitu saja, yang akhirnya keduanya dapat berdamai untuk bersama-sama
melawan Jepang. Khawatir terhadap rakyat Cina bersatu dan menjadi kuat, Jepang
akhirnya menyerang Cina pada tahun 1937 dan terjadilah peperangan antara Cina –
Jepang selama 8 tahun.
Setelah
Perang Dunia II berakhir dan Jepang menyerah pada tahun 1945, Amerika Serikat
banyak memberikan bantuan kepada tentara Nasinalis dengan harapan tentara
komunis dapat dihabisi riwayatnya, karena adanya tentara komunis itu menyebabkan
Uni Soviet makin berpengaruh ke Cina, hal itu merupakan bencana besar bagi
kepentingan modal Amerika Serikat dan Inggris di Cina. Jikan Cina dan Jepang
dapat dikendalikan oleh Washington, tidak akan mungkin bagi Uni Soviet
melebarkan daerah kekuasaannya ke Asia Timur dan Asia Tenggara. Meskipun
berbagai upaya dilakukan oleh Amerika Serikat untuk mendamaikan partai-partai
yang saling bertentangan, perang saudara Partai Nasionalis dan Partai komunis
tetap saja terjadi di Cina. Akhirnya pemerintahan nasionalis dibawah pimpinan
Chiang Kai Shek berhasil dikalahkan oleh tentara Komunis, akhirnya Chiang Kai
Shek dan pemerintahaannya terpaksa mundur ke Pulau Taiwan. Pada tanggal 1
Oktober 1949 kaum komunis di bawah Mao Tse Tung memproklamasikan berdirinya
satelitnya segera mengakui Republik Rakyat Cina , begitu juga dengan Inggris
dan beberapa negaran Eropa Barat, Timur Tengah dan Asia Tenggara mengakui
berdirinya Republik Rakyat Cina.
Dengan
berdirinya Negara Komunis Cina hubungan antara Beijing dan Moskow semakin erat.
RRC termasuk dalam lingkungan negara dibelakang tirai besi. Dengan adanya
pembaharuan perjanjian antara Cina dan Uni Soviet, blok komunis semakin kuat
dan diikuti oleh blok Amerika Serikat dan Inggris. Salah satu aspek utama pemikiran
komunis adalah perjuangan kelas. Pemerintahan Mao Tse Tung membuat
kemajuan-kemajuan penting terhadap kehidupan bangsa Cina. Mao Tse Tung telah
membagi masyarakat Cina ke dalan beberapa kelas sosial. Buruh dan petani (kaum
proletar) diharapkan menjadi tuan di dalam masyarakat. Mereka didukung oleh
tentara yang secara resmi disebut Tentara Pembebasan Rayat yang di ambil dari
buruh dan petani. Mao Tse Tung meninggal pada tahun 1976, para pemimpin baru
Cina berusaha meningkatkan pembangunan eknominya agar rakyat dapat merasakan
kenikmatan dasar-dasar kehidupan modern. Fakta terpenting di dalam kehidupan
sosial Cina modern adalah bahwa segala kegiatan masyarakat berada di bawah
pengawasan Partai Komunis.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, penelitian ini
mambatasi masalah hanya pada “ Ideologi Cina dari Nasionalis ke Sosialis
Komunis”
b.
Perumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
proses yang mempengaruhi terbentuknya nasinalisme Cina.
2. Apakah
peran Chiang Kai Shek dalam Republik Nasional Cina
3. Peran
apakah yang dilakukan Mao Tse Tung dalam berdirinya Republik Rakyat Cina 1949.
C. Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui
lebih jauh awal terbentuknya dan awal perkembangan nasionalisme Cina.
2. Mengetahui
usaha-usaha Chiang Kai Shek dalam mempertahankan nasionalisme di Cina.
3. Mengetahui
lebih jauh usaha-usaha Mau Tse Tung dalam merubah ideologi nasionalisme ke
sosialis komunis.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
sejarah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan dengan langkah-langkah
heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Langkah-langkah tersebut
dalam rangka memperoleh data yang akurat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder yakni data dari studi kepustakaan terhadap sejumlah buku para
ahli sejarah, artikel maupun leteratue-literature yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan mengunjungi beberapa perpustakaan yang memiliki
buku-buku referensi yang ada hubungannya dengan data-data primer maupun
data-data sekunder yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian.
F.
Teknik
Pencatatan Data
Teknik pencatatan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan memisahkan antara data primer maupun data sekunder yang dapat
digunakan sebagai bahan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik analisis deskriptif yang bermaksud untuk menguraikan fenomena
tertentu dengan menghimpun fakta-fakta, tetapi tidak melakukan pengujian
hipotesis.
Dengan demikian, maka teknik analisis deskriptif
dalam penelitian ini di arahkan pada pengembangan profil antara konsep yang
dalam penelitian ini adalah “Ideologi Cina dari Nasionalis ke Sosialis Komunis”
BAB
II
HASIL
PENELITIAN
A. Deskripsi Informasi Penelitian
1.
Pengertian
Ideologi, Nasionalisme dan Sosialis Komunis
a.
Pengertian
Ideologi
Ideologi
menurut tim penyusun Ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup.
b.
Pengertian
Nasionalisme
Nasionalisme
menurut Anthony D. Smith “Nasionalisme Teori, Ideologi dan Sejarah” (hal.
10-11), tentang nasionalisme merupakan suatu gerakan ideologi untuk mencapai
dan mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi, yang
sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu bangsa yang aktual atau
bangsa yang potensial. Ada tiga sasaran umum dalam nasionalisme yaitu otonomi
nasional, kesatuan nasional, identitas nasional.
Ideologi
nasionalis mempunyai sasaran yang tertata bagus untuk mencapai pemerintahan
kolektif sendiri, penyatuan wilayah, dan identitas budaya , juga kerapkali
mempunyai program politik dan budaya yang jelas untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
Secara ringkas
rancangan dasar nasionalisme dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Dunia
di bagi menjadi bangsa-bangsa, masing-masing dengan karakter, sejarah dan takdirnya
sendiri.
2. Bangsa
adalah satu-satunya sumber kekuasaan politik.
3. Kesetiaan
kepada bangsa mengalahkan semua kesetiaan lain.
4. Agar
menjadi bebas, setiap individu harus menjadi bagian dari suatu bangsa.
5. Setiap
bangsa menuntut ekspresi diri dan
otonomi seutuhnya.
6.
Perdamaian dan keadilan global
menuntut adanya suatu dunia yang terdiri dari bangsa-bangsa otonom.
c.
Pengertian
Sosialis Komunis
Sosialisme menurut William
Ebenstein dan Adwin Fogelman “Ismeisme Dewasa ini” (hal. 248), tentang sosialisme
di negara-negara terbelakang memilki banyak arti sebagai berikut :
1. Di
negara yang sedang berkembang sosialisme berarti komitmen untuk mengangkat
rakyat yang miskin menuju tingkat hidup yang lebih tinggi dan mempersempit
jurang antara orang yang kaya dengan yang miskin.
2. Istilah
sosialisme di negara-negara berkembang bararti persaudaraan kemanusian dunia
yang berlandaskan hukum.
Sedangkan
sosialisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal 1085), sosialisme berbagai
suatu ajaran atau paham kenegaraan dan ekonomi yang berusaha supaya harta
benda, alat-alat produksi dan perusahaan menjadi milik negara.
Komunisme
menurut William Ebenstein dan Edwin Fogelman “Ismeisme Dewasa ini”(hal 12),
mengutip dari Manuscript-nya Marx bahwa komunisme merupakan pengahapusan yang
pasti atas hak milik pribadi, alienasi diri manusia dan karena itu merupakan
pemberian yang nyata dari hakekat kemanusiaan , oleh dan untuk manusia.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisme komunis merupakan paham atau
aliran yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya
dengan hak milik yang dikontrol oleh negara.
Adapun ciri-ciri
paham sosialis komunis adalah sebagai berikut :
1. Tiap
manusia pada hakekatnya sama, sehingga tidak adanya kelas-kelas dalam
masyarakat.
2. Golongan
ini selalu bersikap mendua terhadap negara. Di satu pihak negara merupakan
masin penindas dari kelas yang satu terhadap kelas yang lain. Di pihak lain
Negara juga membutuhkan mereka.
3. Dalam
mencapai tujuannya mereka menghalalkan segala cara.
4. Mereka
selalu menjanjikan pada pihak tertindas dan kaum miskin tentang persamaan hak
bagi setiap anggota masyarakat, kebebasan dan kemerdekaan serta hasil
pembangunan dinikmati secara sama rata sama rasa.
2. Republik Nasional Cina
a.
Terbentuknya
Nasionalisme Cina
Bentuk negara kerajaan Cina sudah
berlangsung selama berabad-abad lamanya. Memasuki abad ke 20 bangsa Cina
berkenalan dengan paham-paham dan aliran-aliran Barat yaitu nasionalisme atau
paham kebangsaan. Nasionalisme tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah
serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka,
bersatu, berdaulat dan demokratis. Tumbuh dan berkembangnya nasionalisme modern
pada dasarnya disebabkan oleh struktur sosial tradisional yang tidak cocok lsagi
dengan perkembangan zaman karena basis dasar nilai-nilainya terlalu
konservatif.
Setelah Cina menderita kekalahan
demi kekalahan dalam perang melawan pihak asing, maka timbullah suasana saling
menyalahkan dikalangan istana, kaum cendekiawan dan para pemuda masyarakat.
Melihat kondisi seperti itu kaum terpelajar Cina memanfaatkan momen tersebut
untuk mengadakan gerakan pembaharuan besar-besaran atau revolusi dengan
meninggalkan kata kehidupan yang kolot.
Faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut :
1. Kemenangan
Jepang atas Rusia dalam perang Jepang – Rusia (1905).
2. Kekecewaan
rakyat Cina terhadap pemerintahan Manchu yang kolot dan lemah.
3. Adanya
kaum terpelajar dan timbulnya angkatan baru yang berfaham modern.
4. Kemarahan
beberapa orang Cina kaya yang meminta izin kepada pemerintah Manchu untuk
membuka jalan kereta api di Sze Chwan, permintaannya ditolak dan izinnya
diberikan kepada konsersium gabungan bangsa asing (Inggris, Perancis, Jerman
dan Amerika).
Menurut
pendapat Sugeng Riadi “Kapita Selekta Sejarah Cina” (hal 30, 35, dan 42)
dikatakan bahwa timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut :
1. Pada
masa dinasti Ming, gerakan nasionalisme mulai tumbuh, yakni berkenaan dengan
pemberontakan orang-orang Cina terhadap bangsa Mongol.
2. Peristiwa-peristiwa
yang mempercepat runtuhnya dinasti Ching seperti Pemberontakan Teratai Putih ,
Perang Candu I (1840-1843), Pemberontakan Tai Ping (1850-1864), dan Perang
Candu II (1856-1858). Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan manifestasi
tumbuhnya nasionalisme bangsa Cina yang mulai bangkit dan berubah mengusir
bangsa Manchu (Dinasti Ching).
3. Gerakan
Boxer (1906-1911) yang merupakan perwujudan rasa nasionalisme yang tumbuh pada
bangsa Cina dengan tujuan mengusir bangsa lain.
Sun
Yat Sen (1866-1925), tercatat dalam sejarah Cina sebagai pelapor dalam gerakan
revolusi di Cina. Ia dilahirkan di Kanton dan mendapatkan pendidikan misinoris.
Pendidikan kedokteran diselesaikannya tahun 1892. Ia sangat resah melihat
kondisi pemerintahan Ching yang keras kepada dan yang menolak modernisasi
sehingga negara tetap terbelakang dan menjadi bulan-bulanan kekuatan asing.
Tahun
1894 ia memprakarsai gerakan kebangkitan kembali rakyat Cina, yang kemudian
tumbuh menjadi kelompok revolusioner. Tahun 1895 kelompok ini melancarkan
pemberontakan di Kanton tetapi gagal. Sun Yat Sen melarikan diri ke Hongkong
danluar negeri. Sejak saat itu Sun Yat Sen menjadi buronan dinasti Qing. Tahun
1905 Sun Yat Sen tiba di Tokyo dan disambut oleh pemberitaan pers yang
menyebutnya sebagai “pencetus revolusi” . akhirnya ia kembali ke Cina untuk
menjalankan gerakan nasionalisme dengan tujuan :
a. Membentuk
kekuasaan negara Cina di bawah suatu pemerintahan yang cukup kuat untuk
membangun Cina Baru yang merdeka dan berdaulat penuh.
b. Cina
Baru ini harus berdasarkan pada Sun Min Chu I atau Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat
yang terdiri atas Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme.
Puncak
dari gerakan nasionalisme adalah dengan meletusnya Revolusi Nasional pada
tanggal 10 Oktober 1911 di Wuchang yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. Terjadinya
revolusi nasional Cina adalah kemenangan
kaum revolusioner yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Ching atau dinasti
Manchu. Maka pada tanggal 1 Januari 1912 ditetapkan sebagai berdirinya Republik
Cina dengan Dr. Sun Yat Sen sebagi presidennya.
Republik
Cina ini hanya meliputi Cina Selatan saja dengan pusatnya di Kanton, sedangkan
Cina Utara dengan pusatnya di Paking masih tetap dikuasai oleh pemerintah
Manchu yaitu Kaisar Pu Yi dengan jenderalnya yang terkenal Yuan Shih Kay.
Dengan demikian Cina terbagi atas dua bagian yaitu Utara dan Selatan.
Cina
Utara diperintah oleh seorang kaisar yang masih muda belia yaitu Kaisar Pu Ti,
tetapi didalam kenyataannya Cina Utara dikuasai oleh Warlord dan Kaisar
hanyalah boneka saja. Warlord adalah jenderal-jenderal yang memiliki tentara
sendiri, tidak mau tunduk pada pemerintahan Negara, bertindak menurut
kehendaknya sendiri seperti raja dalam daerah yang dikuasainya. Warlord-warlord
yang terkenal antara lain Yuan Shih kay di Peking, Chang Tso lin di manchuria
Wu Pei-Ju dan Yu-hsiang di Cina Tengah dan kelak Chiang Kai Shek itu sendiri
merupakan salah satu warlord.
Yuan
Shih Kay “the Strong Man”, dari utara yang diangkat oleh Kaisar Pu Yi untuk
menyelamatkan kerajaan Manchu dari ancaman Republik Cina, berbalik arah dan
berunding dengan Presiden Sun Yat Sen. Yuan Shih kay mau menurunkan dan
melenyapkan kerajaan Manchu untuk membentuk satu Cina atau republik yang
meliputi seluruh Cina dengan syarat dia-lah yang menjadi presidennya. Dr. Sun
Yat Sen menerima syarat yang diajuakan oleh Yuan Shih Kay dengan alasan demi
kepentingan persatuan Cina dan mencegah terjadinya perang saudara, antara Cina
Utara dengan Cina Selatan. Tanggal 12 Februari 1912 Yuan Shih Kay menurunkan
Kaisar Pu Yi dari tahta kerajaan, hal ini menandai berakhirnya kekaisaran
Manchu. Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri sebagai presiden dan Yuan Shih Kay
diangkat menjadi presiden Republik Cina, sehingga Republik Cina sekarang
meliputi seluruh wilayah Cina.
Dr.
Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan pada tanggal 13 Agustus 1912
mendirikan Kuo Min Tang atau Partai Nasional untuk melaksanakan San Min Chu I
dan menjaga tetap berlangsungnya Republik Cina yang nasionalis, demokratis dan
sosialis.
Tahun
1913 Republik Cuna di bawah Yuan Shih Kay pada awalnya berjalan baik, tetapi
lama-kelamaan Yuan Shih Kay memerintah sebagai diktator, San Min Chu I tidak
dijalankan sebagai mestinya. Dalam kondisi seperti ini Dr. Sun Yat Sen dengan
Kuo Min Tang-nya melakukan pemberontakan tetapi usahanya itu gagal. Akibatnya
Yuan Sih Kay mengambil dengan melarang Kuo Min Tang dan membinasakan
pengikut-pengikutnya. Dr. Sun Yat Sen melarikan diri ke Shanghai dan
bersembunyi di daerah konsensi Perancis. Disitulah ia mendapatkan kekuatan baru
yaitu dari mahasiswa-mahasiswa pemuda Cina.
Tahun
1914 Perang Dunia II meletus, perhatian Bangsa Barat dipusatkan ke Eropa. Kesempatan
ini dimanfaatkan oleh Jepang untuk masuk dan menguasai Cina. Untuk hal ini
Jepang memihak kepada sekutu.
Pada
tanggal 4 Mei 1915 Jepang mengajukan 21 tuntutan atau the twenty qne demands
kepada Cina, antara lain:
1. Shantung
dipinjamkan kepada Jepang.
2. Jepang
bebas bertindak di Manchuria.
3. Pertambangan
di Cina harus dikerjakan oleh Cina dan Jepang.
4. Cina
tidak boleh meminjamkan satu pelabuhan disepanjang pantai Cina kepada negara
lain kecuali kepada Jepang.
5. Pemerintah
Cina harus menggunakan penasehat-penasehat Jepang dan kepolisian di Cina harus
dijalankan bersama oleh Cina dan Jepang.
Tuntutan
tersebut jika diterima berarti merendahkan Cina yang secara tidak langsung
menjadi jajahan Jepang, tetapi kalau ditolak Cina mendapat ultimatum dari
Jepang. Maka pada akhirnya Yuan Shih Kay menyetujui beberapa dari ke 21
tuntutan Jepang tersebut.
Tindakan
Yuan Shih Kay banyak menimbulkan protes dari rakyat Cina di antaranya Dr. Sun
Yat Sen itu sendiri. Pada akhir bulan Desember di Yunnan timbul pemberontakan
yang kemudian diikuti dengan pemberontakan daerah-daerah lain. Hal ini
menandakan perpecahan lagi di daratan Cina. Namun sebelum perpecahan itu
meluas, pada tanggal 6 Juni 1916 Yuan Shih Kay meninggal dunia dan digantikan
oleh Jenderal Li Yuan Hung sebagai presiden. Presiden Li orang yang
republikein, karena itu ia tidak disukai oleh Warlords Chang Tso Lin, Wu Pei Fu
dan Yuan Chi-Ju. Warlords ini kemudian mengusir Li Yuan Hung dan menetapkan Hsu
Shih Chang seagai presiden pada tahun 1918.
Meninggalnya
Yuan Shih Kay tidak membawa perbaikan bagi Republik Cina itu, melainkan
sebaliknya menimbulkan banyak kekacauan terutama perebutan kekuasaan antara
pada warlords itu sendiri.
Sementara
itu keadaan Cina Selatan menjadi tenang dan Kuo Min Tang di bawah pimpinan Dr.
Sun Yat Sen muncul kembali dan makin kuat.kemudian Dr. Sun Yat Sen memisahkan
diri dari Cina Utara dan membentuk Republik Cina di Selatan.
Pada
tahun 1921 Kuang Chang Tang atau Partai Komunis Cina berdiri di bawah pimpinan
Li Li-San yang pada tahun 1931 digantikan oleh Mao Tse Tung.
Dr.
Sun Yat Sen dalam memerintah Republik Cina di Selatan mendapat bantuan dari
Rusia. Rusia mengirimkan penasehat-penasehatnya antara lain Abram Adolf Joffe
dan Borodin untuk membantu Dr. Sun Yat Sen dalam membentuk tentara Kuo Min Tang
yang akan digunakan untuk memperbaiki Cina Utara dan untuk melenyapkan para
Warlords. Kerjasama tersebut tidak berlangsung lama, sebab pada tanggal 12 Maret
1925 Dr. Sun Yat Sen meninggal dunia dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.
b.
Cina
di Bawah Pimpinan Chiang Kai Shek
Chiang
Kai Shek (1887-1975), lahir di Provinsi Chekiang. Selain di Cina , ia juga
menerima pendidikan militer di Jepang. Tahun 1909-1911 ia berdinas dalam
Angkatan Darat Jepang. Sikap Spartan dan kedisiplinan tentara Jepang sangat
dikagumi dan sikap tersebut kelak diterapkan pada tentaranya. Ia kemudian
belajar di Rusia. Setelah kembali, Chiang Kai Shek diangkat menjadi kepala Akademik
Militer Whampoa. Setelah Sun Yat Sen meninggal tahun 1925, pada tanggal 9 Juni
1926 Chiang Kai Shek di angkat menjadi pemimpin Tentara Nasional. Pengangkatan
ini bertujuan untuk :
1. Melakukan
pertempuran dengan negara-negara asing yang telah menguasai Cina.
2. Mengakhiri
kekuasaan jenderal-jenderal yang menyalahi jabatan.
3. Untuk
menyelesaikan Revolusi Nasional Cina dan mempersatukan Cina Utara dan Cina
Selatan ke dalam satu Cina yang baru.
Tujuan
itu tidak lain, bahwa Chiang Kai Shek ingin membentuk pemerintahan yang jujur
dan melindungi industri nasionalnya serta ingin membentuk organisasi-organisasi
petani dan buruh. Dalam waktu satu bulan pasukan Chiang Kai Shek berhasil
merebut propinsi-propinsi Kiangsi, Hunan, Hupei, dan Wuhan, kemudian
melanjutkan merebut Shanghai.
Tindakan
Chiang Kai Shek ini, mengakibatkan sejumlah anggota kiri Kuo Min Tang yang pro
komunis di bawah pimpinan Wang Ching Wei memindahkan pusat pemerintahannya ke
Wuhan. Hal ini menandakan perpecahan ditubuh Kuo Min Tang.
Baik
sayap kiri Kuo Min Tang maupun Partai Komunis Cina, dengan peristiwa-peristiwa
tersebut, membenci tindakan Chiang Kai Shek. Dengan demikian organisasi Kuo Min
Tang terbagi menjadi duan yaitu Kuo Min Tang kanan dibawah pimpinan Chiang Kai
Shek dan Kuo Min Tang kiri dibawah pimpinan Wang Ching Wei.
Tahun
1927 golongan kiri partai yang dipengaruhi oleh partai komunis Cuna melancarkan
kudeta, tetapi kudeta tersebut dapat digagalkan. Chiang Kai Shek kemudian
membersihkan Kuo Min tang dari pengaruh komunis. Tahun 1928 Chiang Kai Shek
mendirikan pemerintahan Nasionalis baru dengan Nanking sebagai ibu kotanya dan
Partai komunis mendirikan pemerintahan di Kiangshi. Dengan kondisi seperti itu
berarti terjadinya perpecahan antara Nasionalis dan Komunis.
Sebagai
pemimpin pemerintahan nasionalis yang baru Chiang Kai Shek memiliki rencana
sebagai berikut :
1. Menghancurkan
Warlord untuk membersihkan Cina Utara dan memasukkannya dalam negara kesatuan
Cina, hal ini dengan menyatukan Cina berarti menyelesaikan Revolusi Nasional
Cina.
2. Menghancurkan
kaum komunis di Kiangshi dan melenyapkan komunis dari muka bumi Cina.
Pada
tahun 1928 terjadinya insiden Tsinan, dimana
Chiang Kai Shek menyerang pasukan Sun Chuan Fang di kota ibu kota propinsi
Shantung yang dibantu oleh tentara Jepang. Insiden Tsinan berakhir dengan
terbunuhnya Chang Tso Lin, warlord dari Manchurai dan digantikan oleh anaknya
Chang Hsueh Liang yang menyatakan setia pada pemerintahan pusat (Kuo Min Tang).
Dengan demikian Republik Cina meliputi seluruh daerah Cina.
Untuk
melepaskan diri dari gangguan komunis yang terus merongrong, Chiang Kai Shek
melancarkan penumpasan besar-besaran. Ini memaksa kaum komunis di bawah
pimpinan Mao Tse Tung mengadakan Long March ke Barat laut. Tahun 1937 Jepang
menyerang Cina. Dalam menghadapi musuh dari luar kaum nasionalis terpaksa
bersatu dengan kaum komunis. Mereka melakukan sengit di bawah komando Chiang
kai Shek sebagai generalissimo.
Setelah
Jepang menyerah pada tahun 1945, perang saudara berkobar lagi. Rakyat banyak
memihak kaum komunis, hal ini disebabkan oleh adanya korupsi yang merajarela
dalam pemerintahan Chiang Kai Shek. Akhirnya perang tersebut dimenangkan oleh
kaum komunis, Chiang kai Shek dengan tentara nasionalis melarikan diri ke
Taiwan dan mendirikan pemerintahan baru yang Republik Cina Taiwan dengan Chiang
Kai Shek sebagai presidennya (1949-1975).
3.
Peralihan
dari Revolusi Demokrasi ke Sosialis
a.
Terbentuknya
Partai komunis Cina
Masuknya pengaruh Rusia (komunis) ke Cina, berkaitan dengan berakhirnya
pemerintahan Tzar akibat terjadinya Rebolusi Bolshevik pada bulan Oktober 1917.
Kerajaan Rusia diganti dengan Republik Uni Soviet di bawah kekuasaan Partai
komunis Rusia. Slogan-slogan Partai Komunis yang sangat terkenal adalah “sama rasa sama rata”, dan “perjuangan rakyat tertindas melawan
imperialisme”. Ajaran “Dialektika
Materialisme”, yang mengajikan penalaran ilmiah di bidang politik, ekonpomi
dan sosial, hal ini merupakan tipuan angin segar bagi para mahasiswa dan kaum
cendikiawan pada umumnya.
Pada pertengahan tahun 1918 seorang
kepala perpustakaan dari Universitas Peking, Li Da Jao mendirikan Perhimpunan
Penelitian Marxisme. Anggota-anggota pertamanya seperti Mao Tse Tung, Qu Qiu
Bai, dan Zhang Guo Tao yang di kemudian hari mereka menjadi tokoh-tokoh penting
dari Partai Komunis Cina. Pada November 1918 Jerman dan Asutria menyerang
kepala negara-negara sekutu dan demikian berakhirlah Perang Dunia I.
Tahun 1919 dilangsungkan Konferensi
Perdamaian di Paris, dimana semua negara yang terlibat dalam Perang Dunia I
mengirimkan delegasinya. Dalam hal ini delegasi Cina mengambil kesempatan untuk
mengungkapkan masalah pendudukan tentara jepang di Manchurai Selatan dan
pengambil-alihan kekuasaan atas Jazirah Shan Dong dari tangan Jerman ke tangan
Jepang. Ternyata tuntutan Cina agar pendudukan Jepang atas Jazirah Shan Dong
dan Manchurai diakhiri dan diserahkan kepada Cina ditolak oleh Sidang
Konferensi tersebut. Para anggota delegasi. Rasa kecewa dari rakyat Cina tampak
pada demionstrasi mahasiswa tanggal 4 Mei 1919, yang kemudian dikenal dengan
nama “Gerakan 4 mei”. Gerakan yang diprakarsai oleh mahasiswa itu mendapat
sambutan hangat dari kaum cendikiawan dan kaum pengusaha Cina pada umumnya.
Sentimen yang berasal anti Barat dan anti Jepang itu berkembang menjadi anti
imperialisme dan anti kolonialisme , suasana politik seperti itu sejalan dengan
pertumbuhan komunis di Rusia. Para mahasiswa dan kaum cendekiawan yang ketika
itu mencari jawaban mengenai perkembangan masyarakat dunia itu, menjadi terbawa
oleh teori dan penalaran dari dialektika materialisme.
Uni Soviet yng baru berusia 2 tahun
itu memandang “Gerakan 4 Mei”, sebagai suatu pendahuluan dari revolusi rakyat
Cina. Dalam rangka mengembangkan gerakan komunis ke seluruh pelosok dunia, Uni
Soviet mendirikan organisasi komunis Internasional pada bulan Maret 1919 yang
kemudian dikenal dengan nama Komentern. Pada bulan mei 1920 Chen Du Xiu
mendirikan Perhimpunan Pengkajian Marxisme si Shanghai. Di berbagai propinsi
bermunculan penerbitan majalah yang bernada anti imperialisme dan anti
kolonialisme. Suasana yang hangan itu dimanfaatkan oleh Lenin dengan mengutus
Grigorii Voitinsky yang merupaka salah kader Komintern ke Cina untuk menemui Li
Da Jao di Peking dan Chen Du Xiu di Shanghai.
Dianjurkan kepada mereka untuk
mendirikan organisasi komunis di Cina, dan tidak hanya membatasi diri pada
penelitian saja. Akhirnya Li Da Jao mendirikan suatu sel komunis dipeking sedangkan
Chen Du Xiu mendirikan sel komunis di Shanghai.
Tahun 1921 Lenin mengutus lagi
seorang kader Komintern ke Cina yaitu Sneevliet untuk mengadakan perundingan
dengan Li Da Jao di Peking. Kemudian ia pergi ke Shanghai, di kota itulah ia
mengumpulkan orang-orang dari segenap organisasi Marxis Cina dan mendorongnya
untuk mendirikan partai komunis di Cina. Maka pada tanggal 21 Juli 1921 segenap
utusan dari organisasi Marxis Cina tersebut mengadakan rapat di Shanghai
kemudian memutuskan berdirinya Partai Komunis Cina atau Kung Chan Tang dan
menganggap rapat tersebut sebagai Kongres ke 1 partai komunis Cina. Dalam
kongres tersebut memilih Chen Du Xiu sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis
Cina pertama. Setelah peristiwa penting itu Sneevliet pergi ke propinsi
Kiangshi dengan maksud menemui Dr. Sun Yat Sen. Pada kesempatan itu Sneevliet
mengutarakan kesannya terhadap semangat perjuangan Kuo Min Tang maupun terhadap
gagasan Dr. Sun Yat Sen tentang revolusi nasional Cina. Disebutkan pula bahwa
antara Cina dan Rusia memiliki banyak persamaan, keadaan di Rusia belum memenui
persyaratan untuk menjalankan komunisme sepenuhnya. Oleh karena itu
pemerintahan Lenin menjalankan “Kebijakan Ekonomi Baru”, atau “New Economic Policy”. Ternyata Dr. Sun
Yat Sen tertarik dengan kebijakan itu, ia menilai kebijakan yang dijalankan
oleh pemerintahan Lenin itu tidak jauh berbeda dengan rencana industrialisme
Cina. Satu hal lagi yang menarik perhatian Dr. Sun Yat Sen adalah bahwa Uni
Soviet menunjukkan keinginan untuk membantu revolusi Cina bukan menjalankan
komunisme di Cina, melainkan demi kemerdekaan dan kedaulatan Cina.
Pertemuan antara Dr. Sun Yat Sen
dengan Sneevliet itu dapa dikatakan sebagai awal penenaman bibnit komunisme ke
dalam tubuh Kuo min Tang. Sneevliet kemudian menganjurkan keada Partai Komunis
Cina untuk memanfaatkan Kuo min Tang sebagai salah satu unsur dari jajaran
front persatuan nasional.
Pada tahun 1926 antara Partai
Nasionalis dan Parta Komunis mengadakan kerjasama untuk menyerang
warlord-warlord yang ada di Cina Utara. Dalam penyerangan itu berhasil
menduduki Han Kow dan Nanking. Tetapi disinilah timbul soal baru yaitu
perpecahan antara Nasionalis dan komunis setelah terjadinya penyerangan
mendadak oleh kaum nasionalis tahun 1927, maka sejak saat itulah perang antara
Komunis dan Nasionalis.
Pada tahun 1931 terjadi Insiden
Manchurai yaitu berkaitan dengan penyerangan Jepang atas manchurai yang
kemudian kota tersebut dijadikan sebagai negara boneka oleh Jepang. Dampak
panjang yang muncul setelah terjadinya insiden Manchurai adalah Jepang keluar
dari Liga Bangsa-bangsa. Dan pada tahun 1931 itu juga terjadi perubahan di Cina
yaitu dengan berdirinya republik Soviet Cina dengan Mao Tse Tung sebagai
ketuanya dan sekaligus menjadi ketua Partai komunis Cina.
Dengan Mao Tse Tung sebagai
pimimpin partai, partai Komunis Cina semakin sulit untuk dihancurkan oleh kaum
nasionalis karena mereka membentuk tentara gerilya, yang kelak akan menjadi
inti tentara Merah di bawah pimpinan Chu The. Dalam menghindari penyerangan
kaum nasionalis Mao tse Tung dan pasukannya melakukan Long March untuk
manggalang kekuatan Partai komunis di seluruh daratan Cina.
b.
Long
March (1934 - 1935)
Setelah terjadinya pergantian
kepemimpinan Partai Komunis Cina ke Tang Mao Tse Tung, komunis berhasil membangun
15 basis di pedesaan dan membentuk pemerintahan tandingan di wilayah selatan
dan tengah Cina. Tahun 1934 kaum komunis mendapat serangan yang hebat dari kaum
nasionalis, maka kaum komunis di Kiangshi meninggalkan daerah tersebut untuk
mencari daerah yang lebih strategis. Maka pada tahun 1934 tersebut itu juga
mereka mulai melakukan eksodus besar-besaran ke arah Barat laut Cina yang
dikenal dengan nama “Long March”, atau perjalanan panjang , yang dalam sejarah
Cina kegiatan tersebut sangat terkenal di kalangan masyarakat Cina.
Menurut pendapat Soebantardjo “Sari
Sejarah: Asia – Australia” (jilid I: hal 35) dikatakan bahwa alasan-alasan
melakukan Long March adalah sebagai berikut :
1. Menjauhkan
diri dari pusat kegiatan komunis.
2. Mendekatkan
diri kepada Rusia, agar mudah mendapatkan bantuan ekonomi dan militer.
3. Sifat
penduduk utara lebih murni (petani tulen) dari pada daerah Cina Selatan yang
telah terkena pengaruh Barat.
Tujuan
akhir dari Long march adalah kota Yenan di propinsi Shaansi, Cina Barat laut yang
sudah dipersiapkan oleh salah seorang kader komunis yaitu Kao kang. Menurut
perhitungan strategis daerah Yenan berada diluar jangkauan serangan tentara
Nasionalis, sehingga mereka punya kesempatan untuk menghimpun komunis dalam
waktu yang singkat.
Long
March ini memiliki arti yang sangat penting bagi Partai Komunis Cina, karena
merupakan ujian dan saringan untuk mendapatkan tenaga inti komunis yang dapat
dipercayai dan merupakan bukti kedaulatan kaum komunis serta sepanjang
perjalanan mereka menyebarkan ajaran-ajaran demokrasi dan persamaan social yang
merupakan paham komunis.
Menjelang
akhir 1935, kaum komunis telah menempuh jarak lebih dari 9.700 kilometer
melalui rute berliku-liku untuk mencapai Propinsi Shaansi si Cina Utara. Dari
sekitar 100.000 orang pada awalnya perjalanan ini, hanya sekitar 20.000 orang
yang mampu bertahan dikota Yenan. Selama
perjalanan panjang ini Mao Tse tung memimpin Partai Komunis Cina sedangkan Chu
The memimpin tentara Merah yang merupakan pasukan inti dari Partai Komuni Cina.
Dengan bermodalnya lebih kurang 20.000 orang yang terdiri Tentara Merah dan
para kader komunis Mao Tse Tung menyusun dan memperkokoh pemerintahan komunis
di Yenan. Dan dari pengkalan inilah nanti Mao Tse Tung dengan pasukanya akan
bergerak keseluruhan wilayah Cina.
Selama
Mao Tse Tung menjalani hidupnya di kota Yenan, ia merumuskan
pandangan-pandangan yang kemudian dipaksakan deseluruh wilayah Cina. Dalam
teori-teori Mao tidak selalu terdapat konsistensi, dan dari tahun ke tahun
mengalami perubahan. Sebaliknya pikiran Mao mengalami banyak modifikasi ,
bahkan yang menyangkut hal-hal pokok sekalipun. Kendati ia mengklaim dirinya
sebagai penganut Marxisme-Leninisme dan bagian-bagian penting yang dari
pemikirannya merupakan Leninisme yang ortodok, justru sejak awal
pandangan-pandangannya mencerminkin sifat-sifat khusus pada masyarakat Cina.
Menurut
William Ebenstein dan Edwin Fogelman “Isme-isme Dewasa Ini” (hal 86), beberapa
tema yang merupakan doktrin yang bersifat Maoisme adalah sebagai berikut :
1. Peranan
desa lebih penting daripada kota.
2. Tentara
Merah lebih penting daripada aksi massa
3. Semangat
revolusi lebih penting daripada keahlian teknis
4. Kekuatan
subyektif lebih penting daripada kenyataan obyektif.
Doktrin-doktrin
inilah yang oleh mao Tse Tung dijadikan modal dalam mencari dukungan rakyat
Cina dan dengan doktrin ini jugalah hingga akhirnya Mao Tse Tung dan partainya
dapat mengalahkan kaum nasionalis dalam perang saudara.
c.
Perang
Cina – Jepang
Bangsa
jepang melakukan ekspansi ke daratan Cina. Akibat ekspansi tersebut beberapa
daerah Cina dapat dikuasai. Hal ini menimbulkan perlawanan dari bangsa Cina
dengan melakukan beberapa peperangan , antara lain :
1.
Perang
Cina – Jepang I (1894-1895)
Sebab
utama terjadinya Perang Cina – Jepang I yang meletus tahun 1894 adalah kedua
negara sama-sama menginginkan Korea, yang pada waktu itu Korea sudah menjadi
Negara upati dari kerajaan Cina sejak Dinasti Han (110 sebelum masehi).
Alasan
Jepang menaklukan Korea adalah selain untuk menguasai, juga Korea akan dijadikan
batu loncatan menuju Asia.
Keunggulan
mutu dari senjata serta ketrampilan berperang pasukan Jepang, akhirnya dapat
meebut Korea dan mengalahkan pasukan Cina yang jumlahnya lebih besar dari pada
pasukan Jepang.
Kekalahan
Cina atas Jepang, diakhiri dengan perjanjian Shiminoseki yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1895. Adapaun
isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Cina
harus mengakui Korea sebagai negara merdeka penuh.
b. Pulau
Taiwan beserta Kepulauan Pascadores menjadi milik Jepang.
c. Semenanjung
Guan Dong di Manchurai Selatan di bawah kekuasaan Jepang.
d. Dinasti
Qing harus membayar pampas an perang 200 juta tael.
e. Cina
harus membuka pelabuhan-pelabuhan lebih banyak lagi untuk kapal-kapal dagang
Jepang.
Akibat
lain kekalahan Cina atas Jepang, membawa pengaruh buruk bagi Cina itu sendiri
yaitu sejak saat itu ramai-ramai negara-negara barat berebut menanamkan
pengaruhnya di Cina.
2.
Perang
Cina – Jepang II (1931)
Rencana
Perdana Menteri Jepang Tanaka setalah mendapatkan Korea adalah mendapatkan
Manchurai dan Cina. Tahun 1931 Jepang berhasil menyerang Manchurai, yang ingin
kota tersebut dijadikan sebagai negara boneka (Manchukuo). Maka dengan
penyerangan itu terjadilah perang Cina – Jepang II.
Faktor
penyebab terjadinya Perang Cina – Jepang II adalah sebagai berikut :
a. Jepang
ingin menguasai Manchurai.
b. Chan
Tso Lin menguasai manchurai dibantu oleh Jepang pada saat terjadinya
penyerangan oleh kaum nasionalis pimpinan Chiang Kai Shek.
c. Di
Mukden terjadi kekacauan, dimana seorang opsir Jepang yang hendak mengembalikan
keamanan dan ketertiban di manchurai tertangkap oleh pasukan Cina dan dibunuh
mati.
Dalam
perang tersebut Cina tidak mampu melawan Jepang, dan hal ini Cina mengadu soal
Manchurai dimuka Liga bangsa-bangsa.
Akibat
dari perang itu Jepang mendirikan negara boneka Manchurai dengan Pu Yi ( Kaisar
Cina Yang tarakhir, yang ada pada tahun 1912 diturunkan dari tahtanya oleh Yuan
Shih kay).
Dengan
protesnya Cina ke Liga Bangsa-bangsa atas pengusaan jepang terhadap Manchurai,
dan akhirnya Jepang dipersalahkan. Akhirnya Jepang keluar dari Liga
Bangsa-bangsa pada tahun 1933.
3. Perang Cina – Jepang III
(1937-1945)
Rencana
jepang ingin menguasai Cina Utara terus berlanjut hingga tahun 19837, dimana
secara tidak sah Jepang menduduki kota Wanping, dan dekat jembatan Lukhouciao
atau jembatan Marco polo dijadikan tempat perang-perangan tentara Jepang. Dalam
latihan perang-perangan tersebut terlihat tembak-tembakan antara pasukan Cina
dengan pasukan Jepang. Insiden ini disengaja oleh Jepang untuk memulai perang
terhadap Cina. Kejadian tersebut kemudian terkenal dengan nama “Cina-incident”. Berbeda dengan perang
Cina sebelumnya, perang Cina – Jepang tahun 1937 – 1945 ini lebih hebat dan
lebih dasyat karena mendapat perlawanan yang gigih dari seluru rakyat Cina.
Perlawanan yang gigih itu tidak lain karena adanya jallinan dalam front
persatuan nasional antara Partai Nasionalis dengan Partai Komunis yang saling
bantu membantu dalam menghadapi agresi Jepang. Front persatuan Nasional Cina
terbentuk setelah terjadinya peristiwa Sian pada bulan Desember 1936. Peristiwa
Sian adalah peristiwa kudeta yang dilakukan oleh kaum pemberontak yang menawan
Chiang Kai Shek tatkala berkunjung ke kota Sian dalam rangka meninjau pasukan
Nasionalis.
Peristiwa
Sian membawa dampak yang positif bagi perkembangan politik Cina yaitu :
1. Telah
mendekatkan Partai Komunis dengan Partai nasionalis yang menyebabkan
terbentuknya front Persatuan Nasional Cina.
2. Memperkokoh
kedudukan Partai Komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung.
Dalam
tahun 1938, tentara Jepang telah banyak mendapat kemenangan-kemenangan atas
pasukan Cina. Hampir semua kota penting di Cina dapat dikuasainya seperti
Peking, Tientsin, Nanking, Shanghai dan kanton.
Ibu
kota Cina dipindahkan dari Nanking ke Chungking. Tentara Komunis Cina Utara
terus melakukan perlawanan terhadap Jepang dengan bantuan Rusia, sedangkan
Tentara nasionalis yang mendapat bentuan dari Amerika Serikat juga terus
melakukan perlawanan terhadap Jepang di Cina Selatan. Perang ini terus
berlangsung meletusnya Perang Dunia II tahun 1941-1945.
Berakhirnya
Perang Cina Jepang bebarengan dengan berakhirnya Perang Dunia II tahun 1945
dimana Jepang berada pada pihak yang kalah. Kekalahan Jepang ini diawali dengan
dijatuhinya dua bom atom di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki
pada tanggal 9 Agustus 1945. Dan ditambah dengan penyerangan Rusia yang
menyerbu Manchurai pada tanggal 8 Agustus 1945.
Pada tanggal 14
Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu dan pada tanggal 2
September 1945 ditandatangani naskah penyerangan Jepang di atas kapal Perang AS
Missouri di Teluk Yokohama. Kemudian tanggal 9 September 1945 tentara Jepang di
Cina juga menyerah, dengan menandatangani naskah penyerangan di Nanking.
Berakhirnya
Perang Cina – Jepang setelah pada Perang Dunia II berakhir, membuat derajat
Cina naik dimata dunia internasional. Hal ini berkaitan dengan Cina menjadi
salah satu anggota the Big Five disamping Inggris, AS, Rusia dan Perancis.
d.
Perang
Nasionalis – Komunis (1946 - 1949)
Partai
Nasionalis merupakan pelapor terjadinya revolusi di Cina yang menyebabkan
berdirinya Republik Nasionalis Cina. Berdirinya Republik Nasionalis Cina
berarti menandai berakhirnya kekuasaan dinasti manchu yang lemah dan kolot
serta tidak mampu untuk mengatasi imperialisme di Cina. Dan dengan pemerintahan
Republik Nasionalis ini Cina berarti memasuki kakak baru yaitu menuju
modernisasi Cina yang bisa disejajarkan dengan bangsa-bangsa lain terutama
bangsa barat.
Partai
Komunis Cina yang berdiri tahun 1921 merupakan bagian dari komintern di bawah
pimpinan Rusia. Setelah itu Rusia banyak mengirimkan penasehat-penasehatnya ke
Cina untuk mengadakan perjanjian dengan kaum Nasionalis dan membantu Partai
Komunis Cina agar bisa diterima keberadaanyya di Republik Nasionalis Cina. Maka
pada tanggal 26 Januari 1923 ditandatangani perjanjian antara Dr. Sun Yat sen
dengan Joffe dari utusan Rusia. Dengan adanya perjanjian tersebut mulailah
terciptanya hubungan baik antara Kuo min Tang di Kanton dan Rusia.
Kemudian
Rusia mengirim kembali delegasinya ke Cina yang diwakili oleh Michael Borodin
dan Jenderal Blucher. Borodin oleh Dr. Sun Yat Sen dipercayakan untuk mengurus
masalah-masalah Kuo Min Tang, sedangkan Jenderal Blucher ditugaskan pada
Akademik militer di Whampoa yang didirikan pada tahun 1924 dibawah pimpinan
Chiang Kai Shek.
Dengan
masuknya Borodin dan Blucher sebagai tangan kanan Dr. Sun Yat Sen, pengaruh
komunis di Cina mulai menonjol. Hal ini terlihat pada perubahan-perubahan yang
terjadi dalam organisasi Kuo min Tang, yang kemudian dilanjutkan dengan Kongres
Partai nasional pada tahun 1924. Ada 2 keputusan penting dalam Kongres tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Diperkenankan
masuknya Partai Komunis Cina dalam organisasi Kuo min Tang yang bertujuan
memperkuat unsur-unsur revolusioner dalam negeri Cina.
2. Menetapkan
kembali azas San Min Chu I yang menjadi dasar Partai Kuo Min Tang.
Salah
seorang pemimpin Partai Komunis Cina yang masuk ke dalam Kuo Min tang adalah
Mao Tze Tung yang diangkat menjadi ketua panitia propaganda dari partai baru.
Perjanjian
yang dibuat antara Dr. Sun Yat sen Rusia menimbulkan kekawatiran negara-negara
besar seperti Amerika Serikat, Inggris
dan Perancis. Karena perjanjian tersebut merupakan perjanjian politik pertama
yang ditandatangani oleh seorang pemimpin Cina Nasionalis dengan negara lain
yaitu Komunis Rusia.
Kerjasama
tersebut tidak berlangsung lama, sebab Dr. Sun Yat sen keburu meninggal pada tahun 1925. Sementara
di kanton, Chiang Kai Shek sebagai pengganti Dr. Sun Yat Sen semakin tidak suka
terhadap penasehat-penasehat Rusia dan kaum komunis Cina. Ia beranggapan bahwa
komunis dapat membahayakan persatuan nasional Cina. Untuk itu pada tahun 1926,
Chiang kai Shek memberlakukan UU Perang dan melakukan penangkapan terhadap
penasehat-penasehat Rusia dan wakil-wakil partai komunis. Hal ini dilakukan
oleh Chiang Kai Shek setelah itu mengetahui bahwa tujuan masuknya komunis ke
Cina adalah untuk menghancurkan kaum Nasionalis.
Tindakan
ini sebagai bentrokan pertama antara Chiang Kai Shek atau Partai Nasionalis
dengan Partai Komunis Cina.
Apalagi pada
tahu 1927 pemerintah Nasionalis Cina memulangkan Borodin dan Blucher ke Rusia
dan hal ini juga menyulut terjadinya perpecahan antara kaum nasionalis dan kaum
komunis.
Sejak
saat itu pertentangan dan permusuhan antara nasionalis dan komunis semakin
mendalam, sehingga perang saudarapun tidak dapat dielakan lagi. Dan untuk
beberapa saat perang saudara dapat dihentikan, hal disebabkan adanya
penyerangan tentara Jepang ke Cina Utara. Dengan penyerangan tersebut
menimbulkan terjadinya persatuan nasionalis antara kaum nasionalis dengan kaum
komunis yang sepakat untuk melakukan perlawanan dan pengusiran tentara jepang
dari wilayah Cina.
Selama
Perang Dunia II mereka bersatu, tetapi pada hakekatnya persatuan ini hanya
bentuk luarnya saja, karena diri dalam mereka saling berusaha untuk melenyapkan
lawannya. Setelah Jepang menyerah dan berakhirnya Perang Dunia II, habislah
persatuan palsu antara Nasionalis dan Komunis.
Perang
Nasionalis dan Komunis atau perang saudara timbul kembali pada tahun 1946,
setelah mereka bersama-sama melakukan peperangan melawan Jepang (Perang Cina -
Jepang). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perang saudara antara
lain :
1. Adanya
saling curiga mencurigai yang selalu berebut pengaruh dan kekuasaan di wilayah
Cina.
2. Adanya
perintah Chiang Kai Shek untuk tidak mengakui keberadaan Partai Komunis Cina.
Menurut
pendapat Soebantardjo “Sari Sejarah: Asia – Australia” (jilid I; hal 38)
dikatakan bahwa sebab khusus perang saudara ini ialah perintah Chiang kai Shek bahwa tentara Jepang tidak boleh kepada
siapapun kecuali kepada pemerintah Chungking dan tentara Jepang sebelum itu
harus tetap pada tempatnya masing-masing untuk menjaga keamanan dan
ketertiban..
Perintah
Chiang Kai Shek ini merupakan penghinaan terhadap komunis, dan hal ini yang
menjadi sebab khusus terjadinya perang saudara antara Nasionalis dan Komunis.
Upaya
perdamaian keduanya sudah lama dilakukan oleh Amerika Serikat, baik pada masa
pemerintahan Roosevelt sampai masa pemerintahan Trumans, namun semua usahanya
itu akhirnya sia-sia.
Dalam
perang saudara ini tentara Nasionalis mengalami kekalahan terus-menerus,
meskipun mandapat bantuan dari Amerika Serikat baik ekonomi maupun militer.
Kekalahan tentara Nasionalis ini disebabkan oleh :
1. Korupsi
besar-besaran yang dilakukan oleh para pemimpin Nasionalis terhadap bantuan AS.
2. Rasa
tidak puas dikalangan tentara Nasionalis, sehingga mereka mudah dipengaruhi
oleh propaganda komunis.
3. Chiang
Kai Shek tidak memupuk kekuatan sendiri, tetapi hanya menyadarkan diri kepada
Amerika Serikat.
4. Penghentian
bantuan AS, karena dipandang tidah bermanfaat lagi.
Sedangkan
kemenangan yang diperoleh tentara Komunis disebabkan oleh :
1. Bantuan
Rusia sejak awal berdirinya Partai Komunis Cina, apalagi setelah Rusia
memperoleh tuntutannya dari Jepang dimana Manchurai dan seluruh senjata jepang
diserahkan kepada Rusia. Kemudian oleh Rusia diserahkan kepada tentara Komunis
Cina. Sehingga kaum komunis Cina lebih kuat. Begitu juga dengan kedudukan Rusia
di Cina menjadi lebih kuat.
2. Dalam
kalangan Komunis korupsi diberantas dengan kejam, sehingga pemerintahan menjadi
kuat.
3. Komunis
membagi-bagikan tanah kepada para petani, dan hal ini menimbulkan semangat
berperang bagi para petani.
Akhirnya
seluruh Cina dapat dikuasai oleh Komunis dan pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao
Tze Tung memproklamsikan berdirinya Republik Rakyat Cina dengan ibu kotanya
Peking. Sementara Chiang Kai Shek dengan pendukungnya pindah ke Taiwan.
Kesimpulan yang
diperoleh dari uraian diatas, bahwa perang saudara di Cina antara Nasionalis
dan Komunis adalah sebenarnya perang dua kekuatan ideologi yakni Komunis Rusia
dengan Nasionalis Amerika Serikat.
e. Berdirinya Republik Rakyat Cina
Masa
peralihan dari kekuasaan Republik Nasionalis Cina ke Republik Rakyat Cina,
sudah lama dipersiapkan oleh Mao Tze Tung. Pada saat berlangsungnya Perang
Dunia II ada dua perhatian Mao Tze Tung khususnya dalam perang Jepang melawan
sekutu. Pertama betapa kewalahan Jepang dalam menghadapi tentara sekutu, dan
dengan. Rusia ikut serta dalam peperangan itu, maka sudah dapat diperkirakan
Jepang tidak akan bertahan lama. Apalagi setelah kota Hiroshima dan Nagasaki
dijatuhi bom atom. Kedua yang menjadi perhatian Mao Tze Tung adalah sengketanya
denga Chiang Kai Shek, yang dinilainya
menentukan system sosial yang akan dianut oleh Negara Cina pada pasca
Perang Dunia II, yaitu system kapitalisme ala Kuo Min Tang atau Sosialisme ala
Partai Komunis Cina.
Jepang
sendiri diluar dugaan ternyata pada tanggal 10 Agustus 1945 menyetujui
perjanjian Poatdam yang dirumuskan oleh
pihak sekutu. Dan pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah
kepada sekutu. Dalam menanggapi peristiwa yang amat menentukan itu Pemerintah
Republik Cina segera menginstruksikan kepada segenap jajarannya untuk mengambil
alih kedudukan tentara Jepang di seluruh pelosok wilayah Cina. Sebaliknya
Panglima Angkatan bersenjata Partai Komunis Cina, Chu Te mengeluarkan perintah
harian yang pada intinya menyerukan agar sebagian dari Tentara Merah memasuki Manchuria, dan menuntut kepada
pemerintah Cina agar perlucutan senjata terhadap bekas tentara penduduk dan
Jepang di daerah-daerah yanng dikuasai Partai Komunis, supaya diserahkan kepada
Partai komunis. Namun dalam kenyataannya Pemerintah Cina tidak berdaya sama
sekali karena Manchuria terlanjur dikuasai Rusia dan kemudian diserahkan kepada
partai Komunis Cina.
Pertengahan
tahun 1949 Partai Komunis Cina berhasil menguasai sebagian besar wilayah Cina.
Kemenangan Partai Komunis Cina terhadap Partai Nasionalis Cina tidak lepas dari
taktik jitu Mao Tze Tung yaitu “Desa mengepung Kota”. Taktik Mao Tze Tung
sangat berbeda dengan kalangan revolusioner ortodok yang amat patuh dengan
instruksi Komintern yaitu untuk melakukan pemogokan kaum buruh pada
industri-industri besar seraya menempatkan kaum tani di pinggiran. Justru
taktik Mao inilah yang efektif.
Beberapa
tahun sesudah kemenangan itu Mao menekankan bahwa kemanangan revolusi Cina itu
karena mengindahkan nasehat Stalin. Kendati pihak Rusia jauh lebih suka jika
Cina tetap lemah, terpecah-pecah dan diwarnai konflik dalam tubuh militer.
Mao
Tze Tung mulai mempersiapkan pembentukan suatu negara Cina sebagaimana yang
dicita-citakan oleh Panitia Parsiapan komuni. Pertama-tama diambil prakarsa
untuk membentuk Panitia Persiapan Majelis Permusyawaratan politik. Para
pemimpin dari organisasi politik dan lembaga kemasyarakatan lain yang progresif
diundang untuk menjadi anggota Panitia Persiapan tersebut.
Dalam
sidang tanggal 15 – 19 Juni 1949 Panitia Persiapan Permusyawaratan Polotik
berhasil memilih 21 orang untuk menjabat sebagai Dewan Harian, dengan Mao Tze
Tung sebagai ketui, Chou En Lai sebagai wakil. Mereka itu memiliki tugas
sebagai berikut:
1. Menyusun
daftar organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan, yang kemudian akan
menunjuk utusannya sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Politik.
2. Menyusun
Undang-undang Pokok majelis Permusyawaratan Politik.
3. Menyusun
naskah Program Bersama.
4. Menyusun
rencana pembentukan Pemerintahan Republik Rakyat Cina.
5. Menyusun
naskah proklamasi berdirinya Republik Rakyat Cina.
6. Merencanakan
ketentuan-ketentuan tentang Bendera Nasional Cina, lagu Kebangsaan RRC dan
Lambang Nasional RRC.
Republik
Rakyat Cina diproklamasikan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat
Cina, Mao Tze Tung pada tanggal 1 Oktober 1949 di Peking berdasarkan keputusan
majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Cina dalam sidang yang diselenggarakan
antara tanggal 21 sampai 30 September 1949. Sejak berakhirnya Republik Rakyat
Cina maka di daratan Cina terdapat dua lembaga induk politik yaitu :
1. Negara
Republik Rakyat Cina.
2. Partai
Komunis Cina.
Dua
lembaga tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Partai Komunis Cina bergerak dalam ruang lingkup kehidupan antar
Partai Komunis Dunia, sedangkan Republik Rakyat Cina bergerak dalam ruang
lingkup kehidupan antar negara-negara di dunia. Pimimpindari Republik Rakyat
Cina dijabat oleh anggota-anggota Partai Komunis Cina, dan sebagai tercermin
pada bendera nasional Cina, maka garis-garis politik Republik Rakyat Cina
ditentukan oleh Partai Komunis Cina.
Bendera
Nasional Cina berupa :
·
Berwarna merah, yang melambangkan
revolusi
·
Empat bintang kecil-kecil berwarna
kuning di bagian pojok atas, yang masing-masing melambangkan kelas buruh, kelas
tani, kelas borjuis kecil.
·
Kelas borjuis nasional: berjajar
merupakan setengan lingkaran
Sebuah bintang
besar berwarna kuning yang dilingkari empat bintang-bintang kecil tersebut atas
melambangkan kepemimpinan Partai Komunis.
Sebelum
ada Undang-undang Dasar, maka Republik Rakyat Cina menggunakan Program Bersama
hasil rumusan sidang Pleno Majelis Permusyawaratan Politik tanggal 29 Oktober
1949.
Dasar-dasar
dan haluan politik Republik Rakyat Cina digariskan secara jelas dalam Program
bersama, yang pokok-pokoknya adalah sebagai berikut :
1. Rakyat
Cina bangkit dari status terjajah menjadi tuan rumah dari suatu masyarakat
baru, serta telah menggantikan pemerintahan reaksioner yang feodal, koruptor
kediktatoran fascis Kuo Min Tang, dengan suatu Republik Kediktatoran Demokrasi
Rakyat.
2. Kediktatoran
Demokrasi Rakyat Cina adalah kekuasaan Negara dari front persatuan demokrasi
rakyat, yang terdiri atas kelas buruh tani, borjuis kecil, borjuis nasional dan
unsur lain denokrasi patriotis Cina, berdasarkan persekutuan antara kaum buruh
dan kaum tani dan dipimpin oleh kelas buruh.
3. Majelis
Permusyawaratan Politik Rakyat Cina yang terdiri atas para wakil dari Partai
komunis Cina, segenap partai-partai demokrastis dan organisasi rakyat,
wakil-wakil dari seluruh daerah, tentara pembebasan rakyat Cina, segenap suku
bangsa, Cina Perantauan, serta unsur-unsur demokratis Patriotis lainnya adalah
bentuk pengorganisasian dari front persatuan demokrasi rakyat.
4. Republik
Rakyat Cina akan menyita modal-modal birokratis dan menjadikannya milik dari
Negara rakyat.
5. Wanita
menikmati hak yang sama dengan kaum pria dalam segala kehidupan.
6. Republik
Rakyat Cina akan bersatu dengan semua Negara dan Rakyat pecinta perdamaian ,
terutama dengan Uni Soviet.
7. Kongres
Rakyat Cina adalah lembaga kekuasaan Negara. Pemerintah Rakyat Pusat adalah
lembaga tertinggi penyelenggaraan kekuasaan Negara, mana kala Kongres Rakyat
nasional tidak bersidang.
8. Politik
luar negeri Republik Rakyat Cina bersandar pada prinsip melindungi kemerdekaan,
kebebasan, keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara, menjunjung tinggi perdamaian
internasional. Yang langgeng dan kerjasama yang bersahabat antar rakyat-rakyat
di dunia serta menentang politik agresi dan perang kaum imperialis.
9. Republik
Rakyat Cina akan berusaha keras untuk melindungi hak yang legal
kepentingan-kepentingan dari orang-orang Cina yang bertempat tinggal di luar
negeri.
10. Republik
Rakyat Cina akan memberikan perlindungan kepada warga asing mengungsi ke Cina
karena mereka membela kepentingan rakyat dalam perjuangannya untuk perdamaian
dan demokratis.
Soviet
RRC diproklamasikan, pada tanggal 2 Oktober 1949 Uni Soviet menyatakan
pengakuan terhadap berdirinya Negara RRC, yang kemudian diikuti oleh negara-negara
Eropa Timur, bahkan negara Eropa Barat seperti : Inggris, Belanda, Norwegia,
Swedia, Denmark dan Firlandia. Kemudian menyusul pangakuan dari negara-negara
Asia, Afrika dan Amerika.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Menurut pendapat Sugeng Riadi “Kapita
Selekta Cina” (hal 30, 35, dan 42) dikatakan bahwa timbulnya nasionalisme Cina
adalah sebagai berikut :
1. Pada
masa dinasti Ming, gerakan nasionalisme mulai timbul, yakni berkenaan dengan
pemberontakan orang-orang Cina terhadap bangsa Mongol.
2. Peritiwa-peristiwa
yang mempercepat runtuhnya dinasti Ching seperti Pemberontakan Teratai Putih;
Perang Candu I (1840 - 1864); Pemberontakan Tai Ping (1850 - 1864) dan Perang
Candu II (1856 - 1858). Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan menifestasi tumbuhnya
nasionalisme bangsa Cina yang mulai bangkit dan berusaha mengusir bangsa Manchu
(Dinasti Ching).
3. Gerakan
Boxer (1906 - 1911) yang merupakan perwujudan rasa nasionalisme yang tumbuh
pada bangsa Cina dengan tujuan mengusir bangsa lain.
Sun
Yat Sen (1866-1925), tercatat dalam
sejarah Cina sebagai pelapor dalam gerakan revolusi di Cina. Puncak dari
gerakan nasionalis adalah dengan meletusnya revolusi nasional pada tanggal 10
Oktober 1911 di Wuchang yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. Terjadinya revolusi
nasional Cina adalah kemenangan kaum revolusioner yang berhasil menjatuhkan
pemerintahan Ching atau dinasti Manchu. Maka pada tanggal 1 Januari 1912
ditetapkan sebagai Republik Cina dengan Dr. Sun Yat Sen sebagai presidennya.
Setelah
Sun Yat Sen meninggal tahun 1925, pada tanggal 9 Juli 1926 Chiang Kai Shek
diangkat menjadi pemimpin Tentara Nasional. Sebagai pemimpin pemerintahan
nasionalis yang baru Chiang Kai Shek memiliki rencana sebagai berikut :
1. Menghancurkan
warlord untuk membersihkan Cina Utara dan memasukkannya dalam negara kesatuan
Cina, hal ini dengan menyatukan Cina berarti menyelesaikan Revolusi Nasioal
Cina.
2. Menghancurkan
kaum komunis di Kiangshi dan melenyapkan komunis dari muka bumi Cina.
Masuknya
pengaruh Rusia (komunis) ke Cina, berkaitan dengan berakhirnya pemerintahan
Tzar akibat terjadinya Revolusi Bolshevik pada bulan Oktober 1937.
Perang
Cina-Jepang tahun 1937-1946 ini lebih hebat dan lebih dasyat karena mendapat
perlawanan yang gigih dari seluruh rakyat Cina. Perlawanan yang gigih itu tidak
lain karena adanya jalinan dalam front persatuan Nasional antara Partai
Nasionalis dengan Partai Komunis yang saling bantu membantu dalam menghadapi
agresi Jepang.
Perang
Nasionalis-Komunis atau perang saudara timbul kembali pada tahun 1946, setalah
bersama-sama melakukan peperangan melawan Jepang (Peang Cina - Jepang). Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perang saudara antara lain :
1. Adanya
saling curiga mencurigai yang selalu berebut pengaruh dan kekuasaan di wilayah
Cina.
2. Adanya
perintah Chiang Kai Shek untuk tidak mengakui keberadaan Partai Komunis Cina.
Menurut
pendapat Soebantardjo “Sari Sejarah: Asia – Australia” (jilid I : hal 38)
dikatakan bahwa sebab khusus perang saudara ini ialah : perintah Chiang Kai Shek bahwa tentara Jepang tidak boleh kepada
siapapun kecuali kepada pemerintah Chungking dan tentara Jepang sebelum itu
harus tetap pada tempatnya masing-masing untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Perintah
Chiang Kai Shek ini merupakan penghinaan terhadap komunis , dan hal inilah yang
terjadi sebab khusus terjadinya perang saudara antara Nasionalis dan Komunis.
Akhirnya
seluruh Cina dapat dikuasai oleh Komunis dan pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao
Tze Tung memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina dengan ibu kotanya
Peking. Sementara Chiang Kai Shek dengan pendukungnya pindah ke Taiwan.
KESIMPULAN
1. Ide-ide
baru yang menyegarkan seperti demokrasi, nasionalisme dan individualisme yang
dibawa ke Cina oleh Orang Barat, semakin menarik banyak perhatian
pemikir-pemikir Cina. Sebagian di antaranya ada yang menganjurkan untuk
dilakukan suatu reformasi, sedangkan sebagian yang lainnya menyiapkan suatu
revolusi. Puncak dari gerakan nasionalis adalah dengan meletusnya revolusi
nasionalis pada tanggal 10 Oktober 1911 di Wuchang yang dipimpin oleh Dr. Sun
Yat Sen dan berhasil menggulingkan dinasti Manchu. Tahun 1912 berdirinya Negara
Republik Nasional Cina dengan Dr. Sun Yat Sen sebagai Presiden pertamanya.
2. Chiang
Kai Shek ingin membentuk pemerintahan yang jujur dan melindungi industri
nasionalnya dengan usaha-usaha yang dilakukan adalah menghancurkan warlord
untuk membersihkan Cina Utara dan memasukannya dalam negara kesatuan Cina, hal
ini dengan menyatukan Cina berarti menyelesaikan Revolusi Nasional Cina dan
menghancurkan kaum komunis di Kiangshi dan melenyapkan komunis dari muka bumi
Cina.
3. Usaha-usaha
Mao Tze Tung dalam merubah ideologi nasionalisme ke Sosialis Komunis yaitu
dengan mendirikan Partai Komunis Ciana dengan bantuan dari Rusia, memberantas
korupsi sedangkan kejam dikalangan komunis, sehingga pemerintahan menjadi kuat
dan membagi-bagikan tanah kepada para petani, hal ini dapat menimbulkan
semangat berperang bagi para petani.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti, M. 1961, Sejarah Pergolakan di Timur Tengah dan
Timur
Jauh; Dharma,
N.V, Jakarta.
Ebenstein William, Fogelmar Edwin.
1987. Isme-Isme Dewasa Ini;
Terjemah
Erlangga, Jakarta.
Riadi Sugeng. 1991, Kapita Selekta Sejarah Cina; Virginia
Press,
Jakarta.
Sukisman WD. 1987, SejarahCina Kontemporer Jilid I dan II;
PT
Prdnya Paramita,
Jakarta.
Soebantardjo, 1960, Sari Sejarah: Asia Australlia Jilid I,
Yogyakarta.
Barbara, Ward, 1983, Lima Pokok Pikiran Yang Mengubah Dunia;
Terjemah Pustaka
Jaya, Jakarta.
Smith, Anthony D, 2003, Naionalisme, Teori, Ideplogi dan
Sejarah;
Erlangga, Jakarta.
Lukman, Cecilia, 1992, Oxford Ensiklopedia Pelajar. Jilid 7; Grolier
Internasional,
Jakarta.
Cayne, Bernard S, (ed) 1988, Negara dan Bangsa; Grolier Internasional,
Jakarta.
Ta, Tzen Po, 2000, Mao Tze Tung, Desa Mengepung Kota:
Peralihan dari
Revolusi
Demokrasi ke Sosialisme; Penerbit Kreasi Wacana,
Yogyakarta.
Ch’en Jerome, (eb) 1970, Studies in The Social History China and
South East
Asia;
Cambridge
University London.
Winardi, 1986, Kapitalisme Versus Sosialisme: Suatu Analisis Ekonomi
Teoritis;
Remaja Karya, Bandung.
Mills, C. Wrigh, 2003, Kaum Marxis: Ide-Ide Dasar dan Sejarah
Perkembangan
:Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Horowitz, Louis Irving, 1985, Revolusi, Militerisasi dan Konsolidasi
Pembangunan:
Bima Aksara, Jakarta.
Dukumen Negara; Gerakan Komunisme Internasional, Dep.
Hankam
Indonesia.
Encarta Premium 2006; Sistem Pemerintahan Cina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar