Minggu, 14 Juli 2013

IDIOLOGI CINA DARI NASIONALIS KE SOSIALIS KOMUNIS (tesis)

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Semenjak Cina menjadi kekaisaran pada abad ke-3 sebelum masehi, di Cina telah sering terjadi pergantian dinasti atau keluarga pengusaha. Secara garis besar dinasti-dinasti ini terbagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah dinasti besar yang berkuasa sangat lama seperti Dinasti Han (awal abad ke-3 SM  hingga tahun 220), Dinasti Tang (618-906), Dinasti Sung (960-1279), Dinasti Ming (1368-1644), dan Dinasti Ching atau Manchu (1644-1912) merupakan dinasti terakhir di Cina. Jenis yang kedua adalah sejumlah dinasti kecil yang hanya berkuasa sebentar di antara masa pemerintahan dinasti-dinasti besar. Dan dinasti kecil ini hanya bertahan tidak lebih dari 20 tahun seperti halnya dinasti Chin sebelum dinasti Han.
Sejarah Cina modern dimulai bukan karena perubahan besar yang terjadi di Cina, tetapi karena kedatangan bangsa-bangsa Barat. Pada awal abad ke 19 Cina masih merupakan sebuah kekaisaran di Asia Timur yang terisolir dari dunia luar.
Ide-ide baru yang menyegarkan seperti demokrasi, nasioonalisme dan individualisme yang dibawa ke Cina oleh Orang Barat, semakin menarik banyak perhatian pemikir-pemikir Cina. Sebagian menganjurkan untuk dilakukan suatu reformasi, sedangkan sebagian yang lainnya menyiapkan suatu revolusi. Pada 10 Oktober 1911 terjadi sebuah revolusi dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen dan menggulingkan dinasti Manchu, 1912 berdiri sebagai sebuah Negara Republik dengan Dr. Sun Yat Sen sebagai Presiden pertamanya.
Negara Republik yang baru ini dihadapkan pada berbagai masalah, disebabkan karena tidak memiliki kekuatan militer yang nyata. Dr. Sun Yat Sen dipaksa melepaskan jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Yuan Shi Kai yang memimpin Tentara Cina Utara. Setalah Yuan Shi Kai meninggal pada tahun 1916, dimulailah suatu zaman yang disebut dengan kekuatan militer. Kaum militer di berbagai tempat di Cina saling bertempur sendiri sehingga pemerintah pusat di Beijing berpindah-pindah tangan menurut siapa pemegangnya. Kaum revolusioner diri di bawah Dr. Sun Yat Sen mengorganisir diri di bawah Partai Nasional atau Kuomintang yang berbasis di Cina Selatan. Setelah Dr. Sun Yat Sen meninggal pada tahun 1925, Kuomintang dipimpin oleh Jenderal Chiang Kai Shek. Kaum Nasionalis dan Komunis bekerjasama mempengaruhi rakyat agar menentang panglima perang dan antek-anteknya.
Cina dibawah pimpinan Chiang Kai Shek mengalami berbagai masalah baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Partai Komunis Cina yang didirikan pada tahun 1921, menentang pemerintah pusat dan mengadakan pemberontakan. Ancaman dari luar adalah militerisme Jepang yang ingin memperluas kekaisarannya dengan menaklukan Cina.
Pada tahun 1931 Jepang berhasil menduduki Manchuria. Baik Kaum Nasionalis maupun Kaum Komunis, keduanya sepakat bahwa penyerbuan Jepang ke Manchuria tidak dapat dibiarkan begitu saja, yang akhirnya keduanya dapat berdamai untuk bersama-sama melawan Jepang. Khawatir terhadap rakyat Cina bersatu dan menjadi kuat, Jepang akhirnya menyerang Cina pada tahun 1937 dan terjadilah peperangan antara Cina – Jepang selama 8 tahun.
Setelah Perang Dunia II berakhir dan Jepang menyerah pada tahun 1945, Amerika Serikat banyak memberikan bantuan kepada tentara Nasinalis dengan harapan tentara komunis dapat dihabisi riwayatnya, karena adanya tentara komunis itu menyebabkan Uni Soviet makin berpengaruh ke Cina, hal itu merupakan bencana besar bagi kepentingan modal Amerika Serikat dan Inggris di Cina. Jikan Cina dan Jepang dapat dikendalikan oleh Washington, tidak akan mungkin bagi Uni Soviet melebarkan daerah kekuasaannya ke Asia Timur dan Asia Tenggara. Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh Amerika Serikat untuk mendamaikan partai-partai yang saling bertentangan, perang saudara Partai Nasionalis dan Partai komunis tetap saja terjadi di Cina. Akhirnya pemerintahan nasionalis dibawah pimpinan Chiang Kai Shek berhasil dikalahkan oleh tentara Komunis, akhirnya Chiang Kai Shek dan pemerintahaannya terpaksa mundur ke Pulau Taiwan. Pada tanggal 1 Oktober 1949 kaum komunis di bawah Mao Tse Tung memproklamasikan berdirinya satelitnya segera mengakui Republik Rakyat Cina , begitu juga dengan Inggris dan beberapa negaran Eropa Barat, Timur Tengah dan Asia Tenggara mengakui berdirinya Republik Rakyat Cina.
Dengan berdirinya Negara Komunis Cina hubungan antara Beijing dan Moskow semakin erat. RRC termasuk dalam lingkungan negara dibelakang tirai besi. Dengan adanya pembaharuan perjanjian antara Cina dan Uni Soviet, blok komunis semakin kuat dan diikuti oleh blok Amerika Serikat dan Inggris. Salah satu aspek utama pemikiran komunis adalah perjuangan kelas. Pemerintahan Mao Tse Tung membuat kemajuan-kemajuan penting terhadap kehidupan bangsa Cina. Mao Tse Tung telah membagi masyarakat Cina ke dalan beberapa kelas sosial. Buruh dan petani (kaum proletar) diharapkan menjadi tuan di dalam masyarakat. Mereka didukung oleh tentara yang secara resmi disebut Tentara Pembebasan Rayat yang di ambil dari buruh dan petani. Mao Tse Tung meninggal pada tahun 1976, para pemimpin baru Cina berusaha meningkatkan pembangunan eknominya agar rakyat dapat merasakan kenikmatan dasar-dasar kehidupan modern. Fakta terpenting di dalam kehidupan sosial Cina modern adalah bahwa segala kegiatan masyarakat berada di bawah pengawasan Partai Komunis.
B.  Pembatasan dan Perumusan Masalah
a.      Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, penelitian ini mambatasi masalah hanya pada “ Ideologi Cina dari Nasionalis ke Sosialis Komunis”
b.      Perumusan Masalah
1.      Bagaimanakah proses yang mempengaruhi terbentuknya nasinalisme Cina.
2.      Apakah peran Chiang Kai Shek dalam Republik Nasional Cina
3.      Peran apakah yang dilakukan Mao Tse Tung dalam berdirinya Republik Rakyat Cina 1949.
C.  Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk :
1.      Mengetahui lebih jauh awal terbentuknya dan awal perkembangan nasionalisme Cina.
2.      Mengetahui usaha-usaha Chiang Kai Shek dalam mempertahankan nasionalisme di Cina.
3.      Mengetahui lebih jauh usaha-usaha Mau Tse Tung dalam merubah ideologi nasionalisme ke sosialis komunis.
D.  Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian sejarah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan dengan langkah-langkah heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Langkah-langkah tersebut dalam rangka memperoleh data yang akurat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yakni data dari studi kepustakaan terhadap sejumlah buku para ahli sejarah, artikel maupun leteratue-literature yang berkaitan dengan obyek penelitian.
E.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunjungi beberapa perpustakaan yang memiliki buku-buku referensi yang ada hubungannya dengan data-data primer maupun data-data sekunder yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian.
F.   Teknik Pencatatan Data
Teknik pencatatan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memisahkan antara data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang bermaksud untuk menguraikan fenomena tertentu dengan menghimpun fakta-fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.
Dengan demikian, maka teknik analisis deskriptif dalam penelitian ini di arahkan pada pengembangan profil antara konsep yang dalam penelitian ini adalah “Ideologi Cina dari Nasionalis ke Sosialis Komunis”


BAB II
HASIL PENELITIAN

A.  Deskripsi Informasi Penelitian
1.    Pengertian Ideologi, Nasionalisme dan Sosialis Komunis
a.    Pengertian Ideologi
Ideologi menurut tim penyusun Ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
b.   Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme menurut Anthony D. Smith “Nasionalisme Teori, Ideologi dan Sejarah” (hal. 10-11), tentang nasionalisme merupakan suatu gerakan ideologi untuk mencapai dan mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu bangsa yang aktual atau bangsa yang potensial. Ada tiga sasaran umum dalam nasionalisme yaitu otonomi nasional, kesatuan nasional, identitas nasional.
Ideologi nasionalis mempunyai sasaran yang tertata bagus untuk mencapai pemerintahan kolektif sendiri, penyatuan wilayah, dan identitas budaya , juga kerapkali mempunyai program politik dan budaya yang jelas untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Secara ringkas rancangan dasar nasionalisme dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.    Dunia di bagi menjadi bangsa-bangsa, masing-masing dengan karakter, sejarah dan takdirnya sendiri.
2.    Bangsa adalah satu-satunya sumber kekuasaan politik.
3.    Kesetiaan kepada bangsa mengalahkan semua kesetiaan lain.
4.    Agar menjadi bebas, setiap individu harus menjadi bagian dari  suatu bangsa.
5.    Setiap bangsa menuntut ekspresi diri  dan otonomi seutuhnya.
6.    Perdamaian dan keadilan global menuntut adanya suatu dunia yang terdiri dari bangsa-bangsa otonom.
c.    Pengertian Sosialis Komunis
Sosialisme menurut William Ebenstein dan Adwin Fogelman “Ismeisme Dewasa ini” (hal. 248), tentang sosialisme di negara-negara terbelakang memilki banyak arti sebagai berikut :
1.    Di negara yang sedang berkembang sosialisme berarti komitmen untuk mengangkat rakyat yang miskin menuju tingkat hidup yang lebih tinggi dan mempersempit jurang antara orang yang kaya dengan yang miskin.
2.    Istilah sosialisme di negara-negara berkembang bararti persaudaraan kemanusian dunia yang berlandaskan hukum.
Sedangkan sosialisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal 1085), sosialisme berbagai suatu ajaran atau paham kenegaraan dan ekonomi yang berusaha supaya harta benda, alat-alat produksi dan perusahaan menjadi milik negara.
Komunisme menurut William Ebenstein dan Edwin Fogelman “Ismeisme Dewasa ini”(hal 12), mengutip dari Manuscript-nya Marx bahwa komunisme merupakan pengahapusan yang pasti atas hak milik pribadi, alienasi diri manusia dan karena itu merupakan pemberian yang nyata dari hakekat kemanusiaan , oleh dan untuk manusia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisme komunis merupakan paham atau aliran yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik yang dikontrol oleh negara.
Adapun ciri-ciri paham sosialis komunis adalah sebagai berikut :
1.    Tiap manusia pada hakekatnya sama, sehingga tidak adanya kelas-kelas dalam masyarakat.
2.    Golongan ini selalu bersikap mendua terhadap negara. Di satu pihak negara merupakan masin penindas dari kelas yang satu terhadap kelas yang lain. Di pihak lain Negara juga membutuhkan mereka.
3.    Dalam mencapai tujuannya mereka menghalalkan segala cara.
4.    Mereka selalu menjanjikan pada pihak tertindas dan kaum miskin tentang persamaan hak bagi setiap anggota masyarakat, kebebasan dan kemerdekaan serta hasil pembangunan dinikmati secara sama rata sama rasa.
2.    Republik Nasional Cina
a.    Terbentuknya Nasionalisme Cina
Bentuk negara kerajaan Cina sudah berlangsung selama berabad-abad lamanya. Memasuki abad ke 20 bangsa Cina berkenalan dengan paham-paham dan aliran-aliran Barat yaitu nasionalisme atau paham kebangsaan. Nasionalisme tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat dan demokratis. Tumbuh dan berkembangnya nasionalisme modern pada dasarnya disebabkan oleh struktur sosial tradisional yang tidak cocok lsagi dengan perkembangan zaman karena basis dasar nilai-nilainya terlalu konservatif.
Setelah Cina menderita kekalahan demi kekalahan dalam perang melawan pihak asing, maka timbullah suasana saling menyalahkan dikalangan istana, kaum cendekiawan dan para pemuda masyarakat. Melihat kondisi seperti itu kaum terpelajar Cina memanfaatkan momen tersebut untuk mengadakan gerakan pembaharuan besar-besaran atau revolusi dengan meninggalkan kata kehidupan yang kolot.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut :
1.    Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang Jepang – Rusia (1905).
2.    Kekecewaan rakyat Cina terhadap pemerintahan Manchu yang kolot dan lemah.
3.    Adanya kaum terpelajar dan timbulnya angkatan baru yang berfaham modern.
4.    Kemarahan beberapa orang Cina kaya yang meminta izin kepada pemerintah Manchu untuk membuka jalan kereta api di Sze Chwan, permintaannya ditolak dan izinnya diberikan kepada konsersium gabungan bangsa asing (Inggris, Perancis, Jerman dan Amerika).
Menurut pendapat Sugeng Riadi “Kapita Selekta Sejarah Cina” (hal 30, 35, dan 42) dikatakan bahwa timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut :
1.    Pada masa dinasti Ming, gerakan nasionalisme mulai tumbuh, yakni berkenaan dengan pemberontakan orang-orang Cina terhadap bangsa Mongol.
2.    Peristiwa-peristiwa yang mempercepat runtuhnya dinasti Ching seperti Pemberontakan Teratai Putih , Perang Candu I (1840-1843), Pemberontakan Tai Ping (1850-1864), dan Perang Candu II (1856-1858). Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan manifestasi tumbuhnya nasionalisme bangsa Cina yang mulai bangkit dan berubah mengusir bangsa Manchu (Dinasti Ching).
3.    Gerakan Boxer (1906-1911) yang merupakan perwujudan rasa nasionalisme yang tumbuh pada bangsa Cina dengan tujuan mengusir bangsa lain.
Sun Yat Sen (1866-1925), tercatat dalam sejarah Cina sebagai pelapor dalam gerakan revolusi di Cina. Ia dilahirkan di Kanton dan mendapatkan pendidikan misinoris. Pendidikan kedokteran diselesaikannya tahun 1892. Ia sangat resah melihat kondisi pemerintahan Ching yang keras kepada dan yang menolak modernisasi sehingga negara tetap terbelakang dan menjadi bulan-bulanan kekuatan asing.
Tahun 1894 ia memprakarsai gerakan kebangkitan kembali rakyat Cina, yang kemudian tumbuh menjadi kelompok revolusioner. Tahun 1895 kelompok ini melancarkan pemberontakan di Kanton tetapi gagal. Sun Yat Sen melarikan diri ke Hongkong danluar negeri. Sejak saat itu Sun Yat Sen menjadi buronan dinasti Qing. Tahun 1905 Sun Yat Sen tiba di Tokyo dan disambut oleh pemberitaan pers yang menyebutnya sebagai “pencetus revolusi” . akhirnya ia kembali ke Cina untuk menjalankan gerakan nasionalisme dengan tujuan :
a.    Membentuk kekuasaan negara Cina di bawah suatu pemerintahan yang cukup kuat untuk membangun Cina Baru yang merdeka dan berdaulat penuh.
b.    Cina Baru ini harus berdasarkan pada Sun Min Chu I atau Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat yang terdiri atas Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme.
Puncak dari gerakan nasionalisme adalah dengan meletusnya Revolusi Nasional pada tanggal 10 Oktober 1911 di Wuchang yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. Terjadinya revolusi nasional  Cina adalah kemenangan kaum revolusioner yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Ching atau dinasti Manchu. Maka pada tanggal 1 Januari 1912 ditetapkan sebagai berdirinya Republik Cina dengan Dr. Sun Yat Sen sebagi presidennya.
Republik Cina ini hanya meliputi Cina Selatan saja dengan pusatnya di Kanton, sedangkan Cina Utara dengan pusatnya di Paking masih tetap dikuasai oleh pemerintah Manchu yaitu Kaisar Pu Yi dengan jenderalnya yang terkenal Yuan Shih Kay. Dengan demikian Cina terbagi atas dua bagian yaitu Utara dan Selatan.
Cina Utara diperintah oleh seorang kaisar yang masih muda belia yaitu Kaisar Pu Ti, tetapi didalam kenyataannya Cina Utara dikuasai oleh Warlord dan Kaisar hanyalah boneka saja. Warlord adalah jenderal-jenderal yang memiliki tentara sendiri, tidak mau tunduk pada pemerintahan Negara, bertindak menurut kehendaknya sendiri seperti raja dalam daerah yang dikuasainya. Warlord-warlord yang terkenal antara lain Yuan Shih kay di Peking, Chang Tso lin di manchuria Wu Pei-Ju dan Yu-hsiang di Cina Tengah dan kelak Chiang Kai Shek itu sendiri merupakan salah satu warlord.
Yuan Shih Kay “the Strong Man”, dari utara yang diangkat oleh Kaisar Pu Yi untuk menyelamatkan kerajaan Manchu dari ancaman Republik Cina, berbalik arah dan berunding dengan Presiden Sun Yat Sen. Yuan Shih kay mau menurunkan dan melenyapkan kerajaan Manchu untuk membentuk satu Cina atau republik yang meliputi seluruh Cina dengan syarat dia-lah yang menjadi presidennya. Dr. Sun Yat Sen menerima syarat yang diajuakan oleh Yuan Shih Kay dengan alasan demi kepentingan persatuan Cina dan mencegah terjadinya perang saudara, antara Cina Utara dengan Cina Selatan. Tanggal 12 Februari 1912 Yuan Shih Kay menurunkan Kaisar Pu Yi dari tahta kerajaan, hal ini menandai berakhirnya kekaisaran Manchu. Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri sebagai presiden dan Yuan Shih Kay diangkat menjadi presiden Republik Cina, sehingga Republik Cina sekarang meliputi seluruh wilayah Cina.
Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri ke Kanton dan pada tanggal 13 Agustus 1912 mendirikan Kuo Min Tang atau Partai Nasional untuk melaksanakan San Min Chu I dan menjaga tetap berlangsungnya Republik Cina yang nasionalis, demokratis dan sosialis.
Tahun 1913 Republik Cuna di bawah Yuan Shih Kay pada awalnya berjalan baik, tetapi lama-kelamaan Yuan Shih Kay memerintah sebagai diktator, San Min Chu I tidak dijalankan sebagai mestinya. Dalam kondisi seperti ini Dr. Sun Yat Sen dengan Kuo Min Tang-nya melakukan pemberontakan tetapi usahanya itu gagal. Akibatnya Yuan Sih Kay mengambil dengan melarang Kuo Min Tang dan membinasakan pengikut-pengikutnya. Dr. Sun Yat Sen melarikan diri ke Shanghai dan bersembunyi di daerah konsensi Perancis. Disitulah ia mendapatkan kekuatan baru yaitu dari mahasiswa-mahasiswa pemuda Cina.
Tahun 1914 Perang Dunia II meletus, perhatian Bangsa Barat dipusatkan ke Eropa. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Jepang untuk masuk dan menguasai Cina. Untuk hal ini Jepang memihak kepada sekutu.
Pada tanggal 4 Mei 1915 Jepang mengajukan 21 tuntutan atau the twenty qne demands kepada Cina, antara lain:
1.      Shantung dipinjamkan kepada Jepang.
2.      Jepang bebas bertindak di Manchuria.
3.      Pertambangan di Cina harus dikerjakan oleh Cina dan Jepang.
4.      Cina tidak boleh meminjamkan satu pelabuhan disepanjang pantai Cina kepada negara lain kecuali kepada Jepang.
5.      Pemerintah Cina harus menggunakan penasehat-penasehat Jepang dan kepolisian di Cina harus dijalankan bersama oleh Cina dan Jepang.
Tuntutan tersebut jika diterima berarti merendahkan Cina yang secara tidak langsung menjadi jajahan Jepang, tetapi kalau ditolak Cina mendapat ultimatum dari Jepang. Maka pada akhirnya Yuan Shih Kay menyetujui beberapa dari ke 21 tuntutan Jepang tersebut.
Tindakan Yuan Shih Kay banyak menimbulkan protes dari rakyat Cina di antaranya Dr. Sun Yat Sen itu sendiri. Pada akhir bulan Desember di Yunnan timbul pemberontakan yang kemudian diikuti dengan pemberontakan daerah-daerah lain. Hal ini menandakan perpecahan lagi di daratan Cina. Namun sebelum perpecahan itu meluas, pada tanggal 6 Juni 1916 Yuan Shih Kay meninggal dunia dan digantikan oleh Jenderal Li Yuan Hung sebagai presiden. Presiden Li orang yang republikein, karena itu ia tidak disukai oleh Warlords Chang Tso Lin, Wu Pei Fu dan Yuan Chi-Ju. Warlords ini kemudian mengusir Li Yuan Hung dan menetapkan Hsu Shih Chang seagai presiden pada tahun 1918.
Meninggalnya Yuan Shih Kay tidak membawa perbaikan bagi Republik Cina itu, melainkan sebaliknya menimbulkan banyak kekacauan terutama perebutan kekuasaan antara pada warlords itu sendiri.
Sementara itu keadaan Cina Selatan menjadi tenang dan Kuo Min Tang di bawah pimpinan Dr. Sun Yat Sen muncul kembali dan makin kuat.kemudian Dr. Sun Yat Sen memisahkan diri dari Cina Utara dan membentuk Republik Cina di Selatan.
Pada tahun 1921 Kuang Chang Tang atau Partai Komunis Cina berdiri di bawah pimpinan Li Li-San yang pada tahun 1931 digantikan oleh Mao Tse Tung.
Dr. Sun Yat Sen dalam memerintah Republik Cina di Selatan mendapat bantuan dari Rusia. Rusia mengirimkan penasehat-penasehatnya antara lain Abram Adolf Joffe dan Borodin untuk membantu Dr. Sun Yat Sen dalam membentuk tentara Kuo Min Tang yang akan digunakan untuk memperbaiki Cina Utara dan untuk melenyapkan para Warlords. Kerjasama tersebut tidak berlangsung lama, sebab pada tanggal 12 Maret 1925 Dr. Sun Yat Sen meninggal dunia dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.
b.        Cina di Bawah Pimpinan Chiang Kai Shek
Chiang Kai Shek (1887-1975), lahir di Provinsi Chekiang. Selain di Cina , ia juga menerima pendidikan militer di Jepang. Tahun 1909-1911 ia berdinas dalam Angkatan Darat Jepang. Sikap Spartan dan kedisiplinan tentara Jepang sangat dikagumi dan sikap tersebut kelak diterapkan pada tentaranya. Ia kemudian belajar di Rusia. Setelah kembali, Chiang Kai Shek diangkat menjadi kepala Akademik Militer Whampoa. Setelah Sun Yat Sen meninggal tahun 1925, pada tanggal 9 Juni 1926 Chiang Kai Shek di angkat menjadi pemimpin Tentara Nasional. Pengangkatan ini bertujuan untuk :
1.    Melakukan pertempuran dengan negara-negara asing yang telah menguasai Cina.
2.    Mengakhiri kekuasaan jenderal-jenderal yang menyalahi jabatan.
3.    Untuk menyelesaikan Revolusi Nasional Cina dan mempersatukan Cina Utara dan Cina Selatan ke dalam satu Cina yang baru.
Tujuan itu tidak lain, bahwa Chiang Kai Shek ingin membentuk pemerintahan yang jujur dan melindungi industri nasionalnya serta ingin membentuk organisasi-organisasi petani dan buruh. Dalam waktu satu bulan pasukan Chiang Kai Shek berhasil merebut propinsi-propinsi Kiangsi, Hunan, Hupei, dan Wuhan, kemudian melanjutkan merebut Shanghai.
Tindakan Chiang Kai Shek ini, mengakibatkan sejumlah anggota kiri Kuo Min Tang yang pro komunis di bawah pimpinan Wang Ching Wei memindahkan pusat pemerintahannya ke Wuhan. Hal ini menandakan perpecahan ditubuh Kuo Min Tang.
Baik sayap kiri Kuo Min Tang maupun Partai Komunis Cina, dengan peristiwa-peristiwa tersebut, membenci tindakan Chiang Kai Shek. Dengan demikian organisasi Kuo Min Tang terbagi menjadi duan yaitu Kuo Min Tang kanan dibawah pimpinan Chiang Kai Shek dan Kuo Min Tang kiri dibawah pimpinan Wang Ching Wei.
Tahun 1927 golongan kiri partai yang dipengaruhi oleh partai komunis Cuna melancarkan kudeta, tetapi kudeta tersebut dapat digagalkan. Chiang Kai Shek kemudian membersihkan Kuo Min tang dari pengaruh komunis. Tahun 1928 Chiang Kai Shek mendirikan pemerintahan Nasionalis baru dengan Nanking sebagai ibu kotanya dan Partai komunis mendirikan pemerintahan di Kiangshi. Dengan kondisi seperti itu berarti terjadinya perpecahan antara Nasionalis dan Komunis.
Sebagai pemimpin pemerintahan nasionalis yang baru Chiang Kai Shek memiliki rencana sebagai berikut :
1.    Menghancurkan Warlord untuk membersihkan Cina Utara dan memasukkannya dalam negara kesatuan Cina, hal ini dengan menyatukan Cina berarti menyelesaikan Revolusi Nasional Cina.
2.    Menghancurkan kaum komunis di Kiangshi dan melenyapkan komunis dari muka bumi Cina.
Pada tahun 1928 terjadinya insiden Tsinan, dimana Chiang Kai Shek menyerang pasukan Sun Chuan Fang di kota ibu kota propinsi Shantung yang dibantu oleh tentara Jepang. Insiden Tsinan berakhir dengan terbunuhnya Chang Tso Lin, warlord dari Manchurai dan digantikan oleh anaknya Chang Hsueh Liang yang menyatakan setia pada pemerintahan pusat (Kuo Min Tang). Dengan demikian Republik Cina meliputi seluruh daerah Cina.
Untuk melepaskan diri dari gangguan komunis yang terus merongrong, Chiang Kai Shek melancarkan penumpasan besar-besaran. Ini memaksa kaum komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung mengadakan Long March ke Barat laut. Tahun 1937 Jepang menyerang Cina. Dalam menghadapi musuh dari luar kaum nasionalis terpaksa bersatu dengan kaum komunis. Mereka melakukan sengit di bawah komando Chiang kai Shek sebagai generalissimo.
Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, perang saudara berkobar lagi. Rakyat banyak memihak kaum komunis, hal ini disebabkan oleh adanya korupsi yang merajarela dalam pemerintahan Chiang Kai Shek. Akhirnya perang tersebut dimenangkan oleh kaum komunis, Chiang kai Shek dengan tentara nasionalis melarikan diri ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan baru yang Republik Cina Taiwan dengan Chiang Kai Shek sebagai presidennya (1949-1975).
3.    Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke Sosialis
a.    Terbentuknya Partai komunis Cina
Masuknya pengaruh Rusia (komunis) ke Cina, berkaitan dengan berakhirnya pemerintahan Tzar akibat terjadinya Rebolusi Bolshevik pada bulan Oktober 1917. Kerajaan Rusia diganti dengan Republik Uni Soviet di bawah kekuasaan Partai komunis Rusia. Slogan-slogan Partai Komunis yang sangat terkenal adalah “sama rasa sama rata”, dan “perjuangan rakyat tertindas melawan imperialisme”. Ajaran “Dialektika Materialisme”, yang mengajikan penalaran ilmiah di bidang politik, ekonpomi dan sosial, hal ini merupakan tipuan angin segar bagi para mahasiswa dan kaum cendikiawan pada umumnya.
Pada pertengahan tahun 1918 seorang kepala perpustakaan dari Universitas Peking, Li Da Jao mendirikan Perhimpunan Penelitian Marxisme. Anggota-anggota pertamanya seperti Mao Tse Tung, Qu Qiu Bai, dan Zhang Guo Tao yang di kemudian hari mereka menjadi tokoh-tokoh penting dari Partai Komunis Cina. Pada November 1918 Jerman dan Asutria menyerang kepala negara-negara sekutu dan demikian berakhirlah Perang Dunia I.
Tahun 1919 dilangsungkan Konferensi Perdamaian di Paris, dimana semua negara yang terlibat dalam Perang Dunia I mengirimkan delegasinya. Dalam hal ini delegasi Cina mengambil kesempatan untuk mengungkapkan masalah pendudukan tentara jepang di Manchurai Selatan dan pengambil-alihan kekuasaan atas Jazirah Shan Dong dari tangan Jerman ke tangan Jepang. Ternyata tuntutan Cina agar pendudukan Jepang atas Jazirah Shan Dong dan Manchurai diakhiri dan diserahkan kepada Cina ditolak oleh Sidang Konferensi tersebut. Para anggota delegasi. Rasa kecewa dari rakyat Cina tampak pada demionstrasi mahasiswa tanggal 4 Mei 1919, yang kemudian dikenal dengan nama “Gerakan 4 mei”. Gerakan yang diprakarsai oleh mahasiswa itu mendapat sambutan hangat dari kaum cendikiawan dan kaum pengusaha Cina pada umumnya. Sentimen yang berasal anti Barat dan anti Jepang itu berkembang menjadi anti imperialisme dan anti kolonialisme , suasana politik seperti itu sejalan dengan pertumbuhan komunis di Rusia. Para mahasiswa dan kaum cendekiawan yang ketika itu mencari jawaban mengenai perkembangan masyarakat dunia itu, menjadi terbawa oleh teori dan penalaran dari dialektika materialisme.
Uni Soviet yng baru berusia 2 tahun itu memandang “Gerakan 4 Mei”, sebagai suatu pendahuluan dari revolusi rakyat Cina. Dalam rangka mengembangkan gerakan komunis ke seluruh pelosok dunia, Uni Soviet mendirikan organisasi komunis Internasional pada bulan Maret 1919 yang kemudian dikenal dengan nama Komentern. Pada bulan mei 1920 Chen Du Xiu mendirikan Perhimpunan Pengkajian Marxisme si Shanghai. Di berbagai propinsi bermunculan penerbitan majalah yang bernada anti imperialisme dan anti kolonialisme. Suasana yang hangan itu dimanfaatkan oleh Lenin dengan mengutus Grigorii Voitinsky yang merupaka salah kader Komintern ke Cina untuk menemui Li Da Jao di Peking dan Chen Du Xiu di Shanghai.
Dianjurkan kepada mereka untuk mendirikan organisasi komunis di Cina, dan tidak hanya membatasi diri pada penelitian saja. Akhirnya Li Da Jao mendirikan suatu sel komunis dipeking sedangkan Chen Du Xiu mendirikan sel komunis di Shanghai.
Tahun 1921 Lenin mengutus lagi seorang kader Komintern ke Cina yaitu Sneevliet untuk mengadakan perundingan dengan Li Da Jao di Peking. Kemudian ia pergi ke Shanghai, di kota itulah ia mengumpulkan orang-orang dari segenap organisasi Marxis Cina dan mendorongnya untuk mendirikan partai komunis di Cina. Maka pada tanggal 21 Juli 1921 segenap utusan dari organisasi Marxis Cina tersebut mengadakan rapat di Shanghai kemudian memutuskan berdirinya Partai Komunis Cina atau Kung Chan Tang dan menganggap rapat tersebut sebagai Kongres ke 1 partai komunis Cina. Dalam kongres tersebut memilih Chen Du Xiu sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina pertama. Setelah peristiwa penting itu Sneevliet pergi ke propinsi Kiangshi dengan maksud menemui Dr. Sun Yat Sen. Pada kesempatan itu Sneevliet mengutarakan kesannya terhadap semangat perjuangan Kuo Min Tang maupun terhadap gagasan Dr. Sun Yat Sen tentang revolusi nasional Cina. Disebutkan pula bahwa antara Cina dan Rusia memiliki banyak persamaan, keadaan di Rusia belum memenui persyaratan untuk menjalankan komunisme sepenuhnya. Oleh karena itu pemerintahan Lenin menjalankan “Kebijakan Ekonomi Baru”, atau “New Economic Policy”. Ternyata Dr. Sun Yat Sen tertarik dengan kebijakan itu, ia menilai kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan Lenin itu tidak jauh berbeda dengan rencana industrialisme Cina. Satu hal lagi yang menarik perhatian Dr. Sun Yat Sen adalah bahwa Uni Soviet menunjukkan keinginan untuk membantu revolusi Cina bukan menjalankan komunisme di Cina, melainkan demi kemerdekaan dan kedaulatan Cina.
Pertemuan antara Dr. Sun Yat Sen dengan Sneevliet itu dapa dikatakan sebagai awal penenaman bibnit komunisme ke dalam tubuh Kuo min Tang. Sneevliet kemudian menganjurkan keada Partai Komunis Cina untuk memanfaatkan Kuo min Tang sebagai salah satu unsur dari jajaran front persatuan nasional.
Pada tahun 1926 antara Partai Nasionalis dan Parta Komunis mengadakan kerjasama untuk menyerang warlord-warlord yang ada di Cina Utara. Dalam penyerangan itu berhasil menduduki Han Kow dan Nanking. Tetapi disinilah timbul soal baru yaitu perpecahan antara Nasionalis dan komunis setelah terjadinya penyerangan mendadak oleh kaum nasionalis tahun 1927, maka sejak saat itulah perang antara Komunis dan Nasionalis.
Pada tahun 1931 terjadi Insiden Manchurai yaitu berkaitan dengan penyerangan Jepang atas manchurai yang kemudian kota tersebut dijadikan sebagai negara boneka oleh Jepang. Dampak panjang yang muncul setelah terjadinya insiden Manchurai adalah Jepang keluar dari Liga Bangsa-bangsa. Dan pada tahun 1931 itu juga terjadi perubahan di Cina yaitu dengan berdirinya republik Soviet Cina dengan Mao Tse Tung sebagai ketuanya dan sekaligus menjadi ketua Partai komunis Cina.
Dengan Mao Tse Tung sebagai pimimpin partai, partai Komunis Cina semakin sulit untuk dihancurkan oleh kaum nasionalis karena mereka membentuk tentara gerilya, yang kelak akan menjadi inti tentara Merah di bawah pimpinan Chu The. Dalam menghindari penyerangan kaum nasionalis Mao tse Tung dan pasukannya melakukan Long March untuk manggalang kekuatan Partai komunis di seluruh daratan Cina.
b.      Long March (1934 - 1935)
Setelah terjadinya pergantian kepemimpinan Partai Komunis Cina ke Tang Mao Tse Tung, komunis berhasil membangun 15 basis di pedesaan dan membentuk pemerintahan tandingan di wilayah selatan dan tengah Cina. Tahun 1934 kaum komunis mendapat serangan yang hebat dari kaum nasionalis, maka kaum komunis di Kiangshi meninggalkan daerah tersebut untuk mencari daerah yang lebih strategis. Maka pada tahun 1934 tersebut itu juga mereka mulai melakukan eksodus besar-besaran ke arah Barat laut Cina yang dikenal dengan nama “Long March”, atau perjalanan panjang , yang dalam sejarah Cina kegiatan tersebut sangat terkenal di kalangan masyarakat Cina.
Menurut pendapat Soebantardjo “Sari Sejarah: Asia – Australia” (jilid I: hal 35) dikatakan bahwa alasan-alasan melakukan Long March adalah sebagai berikut :
1.    Menjauhkan diri dari pusat kegiatan komunis.
2.    Mendekatkan diri kepada Rusia, agar mudah mendapatkan bantuan ekonomi dan militer.
3.    Sifat penduduk utara lebih murni (petani tulen) dari pada daerah Cina Selatan yang telah terkena pengaruh Barat.
Tujuan akhir dari Long march adalah kota Yenan di propinsi Shaansi, Cina Barat laut yang sudah dipersiapkan oleh salah seorang kader komunis yaitu Kao kang. Menurut perhitungan strategis daerah Yenan berada diluar jangkauan serangan tentara Nasionalis, sehingga mereka punya kesempatan untuk menghimpun komunis dalam waktu yang singkat.
Long March ini memiliki arti yang sangat penting bagi Partai Komunis Cina, karena merupakan ujian dan saringan untuk mendapatkan tenaga inti komunis yang dapat dipercayai dan merupakan bukti kedaulatan kaum komunis serta sepanjang perjalanan mereka menyebarkan ajaran-ajaran demokrasi dan persamaan social yang merupakan paham komunis.
Menjelang akhir 1935, kaum komunis telah menempuh jarak lebih dari 9.700 kilometer melalui rute berliku-liku untuk mencapai Propinsi Shaansi si Cina Utara. Dari sekitar 100.000 orang pada awalnya perjalanan ini, hanya sekitar 20.000 orang yang mampu bertahan dikota  Yenan. Selama perjalanan panjang ini Mao Tse tung memimpin Partai Komunis Cina sedangkan Chu The memimpin tentara Merah yang merupakan pasukan inti dari Partai Komuni Cina. Dengan bermodalnya lebih kurang 20.000 orang yang terdiri Tentara Merah dan para kader komunis Mao Tse Tung menyusun dan memperkokoh pemerintahan komunis di Yenan. Dan dari pengkalan inilah nanti Mao Tse Tung dengan pasukanya akan bergerak keseluruhan wilayah Cina.
Selama Mao Tse Tung menjalani hidupnya di kota Yenan, ia merumuskan pandangan-pandangan yang kemudian dipaksakan deseluruh wilayah Cina. Dalam teori-teori Mao tidak selalu terdapat konsistensi, dan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sebaliknya pikiran Mao mengalami banyak modifikasi , bahkan yang menyangkut hal-hal pokok sekalipun. Kendati ia mengklaim dirinya sebagai penganut Marxisme-Leninisme dan bagian-bagian penting yang dari pemikirannya merupakan Leninisme yang ortodok, justru sejak awal pandangan-pandangannya mencerminkin sifat-sifat khusus pada masyarakat Cina.
Menurut William Ebenstein dan Edwin Fogelman “Isme-isme Dewasa Ini” (hal 86), beberapa tema yang merupakan doktrin yang bersifat Maoisme adalah sebagai berikut :
1.    Peranan desa lebih penting daripada kota.
2.    Tentara Merah lebih penting daripada aksi massa
3.    Semangat revolusi lebih penting daripada keahlian teknis
4.    Kekuatan subyektif lebih penting daripada kenyataan obyektif.
Doktrin-doktrin inilah yang oleh mao Tse Tung dijadikan modal dalam mencari dukungan rakyat Cina dan dengan doktrin ini jugalah hingga akhirnya Mao Tse Tung dan partainya dapat mengalahkan kaum nasionalis dalam perang saudara.
c.    Perang Cina – Jepang
Bangsa jepang melakukan ekspansi ke daratan Cina. Akibat ekspansi tersebut beberapa daerah Cina dapat dikuasai. Hal ini menimbulkan perlawanan dari bangsa Cina dengan melakukan beberapa peperangan , antara lain :
1.    Perang Cina – Jepang I (1894-1895)
Sebab utama terjadinya Perang Cina – Jepang I yang meletus tahun 1894 adalah kedua negara sama-sama menginginkan Korea, yang pada waktu itu Korea sudah menjadi Negara upati dari kerajaan Cina sejak Dinasti Han (110 sebelum masehi).
Alasan Jepang menaklukan Korea adalah selain untuk menguasai, juga Korea akan dijadikan batu loncatan menuju Asia.
Keunggulan mutu dari senjata serta ketrampilan berperang pasukan Jepang, akhirnya dapat meebut Korea dan mengalahkan pasukan Cina yang jumlahnya lebih besar dari pada pasukan Jepang.
Kekalahan Cina atas Jepang, diakhiri dengan perjanjian Shiminoseki yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1895. Adapaun isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Cina harus mengakui Korea sebagai negara merdeka penuh.
b.    Pulau Taiwan beserta Kepulauan Pascadores menjadi milik Jepang.
c.    Semenanjung Guan Dong di Manchurai Selatan di bawah kekuasaan Jepang.
d.   Dinasti Qing harus membayar pampas an perang 200 juta tael.
e.    Cina harus membuka pelabuhan-pelabuhan lebih banyak lagi untuk kapal-kapal dagang Jepang.
Akibat lain kekalahan Cina atas Jepang, membawa pengaruh buruk bagi Cina itu sendiri yaitu sejak saat itu ramai-ramai negara-negara barat berebut menanamkan pengaruhnya di Cina.
2.    Perang Cina – Jepang II (1931)
Rencana Perdana Menteri Jepang Tanaka setalah mendapatkan Korea adalah mendapatkan Manchurai dan Cina. Tahun 1931 Jepang berhasil menyerang Manchurai, yang ingin kota tersebut dijadikan sebagai negara boneka (Manchukuo). Maka dengan penyerangan itu terjadilah perang Cina – Jepang II.
Faktor penyebab terjadinya Perang Cina – Jepang II adalah sebagai berikut :
a.    Jepang ingin menguasai Manchurai.
b.    Chan Tso Lin menguasai manchurai dibantu oleh Jepang pada saat terjadinya penyerangan oleh kaum nasionalis pimpinan Chiang Kai Shek.
c.    Di Mukden terjadi kekacauan, dimana seorang opsir Jepang yang hendak mengembalikan keamanan dan ketertiban di manchurai tertangkap oleh pasukan Cina dan dibunuh mati.
Dalam perang tersebut Cina tidak mampu melawan Jepang, dan hal ini Cina mengadu soal Manchurai dimuka Liga bangsa-bangsa.
Akibat dari perang itu Jepang mendirikan negara boneka Manchurai dengan Pu Yi ( Kaisar Cina Yang tarakhir, yang ada pada tahun 1912 diturunkan dari tahtanya oleh Yuan Shih kay).
Dengan protesnya Cina ke Liga Bangsa-bangsa atas pengusaan jepang terhadap Manchurai, dan akhirnya Jepang dipersalahkan. Akhirnya Jepang keluar dari Liga Bangsa-bangsa pada tahun 1933.
3.    Perang Cina – Jepang III (1937-1945)
Rencana jepang ingin menguasai Cina Utara terus berlanjut hingga tahun 19837, dimana secara tidak sah Jepang menduduki kota Wanping, dan dekat jembatan Lukhouciao atau jembatan Marco polo dijadikan tempat perang-perangan tentara Jepang. Dalam latihan perang-perangan tersebut terlihat tembak-tembakan antara pasukan Cina dengan pasukan Jepang. Insiden ini disengaja oleh Jepang untuk memulai perang terhadap Cina. Kejadian tersebut kemudian terkenal dengan nama “Cina-incident”. Berbeda dengan perang Cina sebelumnya, perang Cina – Jepang tahun 1937 – 1945 ini lebih hebat dan lebih dasyat karena mendapat perlawanan yang gigih dari seluru rakyat Cina. Perlawanan yang gigih itu tidak lain karena adanya jallinan dalam front persatuan nasional antara Partai Nasionalis dengan Partai Komunis yang saling bantu membantu dalam menghadapi agresi Jepang. Front persatuan Nasional Cina terbentuk setelah terjadinya peristiwa Sian pada bulan Desember 1936. Peristiwa Sian adalah peristiwa kudeta yang dilakukan oleh kaum pemberontak yang menawan Chiang Kai Shek tatkala berkunjung ke kota Sian dalam rangka meninjau pasukan Nasionalis.
Peristiwa Sian membawa dampak yang positif bagi perkembangan politik Cina yaitu :
1.    Telah mendekatkan Partai Komunis dengan Partai nasionalis yang menyebabkan terbentuknya front Persatuan Nasional Cina.
2.    Memperkokoh kedudukan Partai Komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung.
Dalam tahun 1938, tentara Jepang telah banyak mendapat kemenangan-kemenangan atas pasukan Cina. Hampir semua kota penting di Cina dapat dikuasainya seperti Peking, Tientsin, Nanking, Shanghai dan kanton.
Ibu kota Cina dipindahkan dari Nanking ke Chungking. Tentara Komunis Cina Utara terus melakukan perlawanan terhadap Jepang dengan bantuan Rusia, sedangkan Tentara nasionalis yang mendapat bentuan dari Amerika Serikat juga terus melakukan perlawanan terhadap Jepang di Cina Selatan. Perang ini terus berlangsung meletusnya Perang Dunia II tahun 1941-1945.
Berakhirnya Perang Cina Jepang bebarengan dengan berakhirnya Perang Dunia II tahun 1945 dimana Jepang berada pada pihak yang kalah. Kekalahan Jepang ini diawali dengan dijatuhinya dua bom atom di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Dan ditambah dengan penyerangan Rusia yang menyerbu Manchurai pada tanggal 8 Agustus 1945.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu dan pada tanggal 2 September 1945 ditandatangani naskah penyerangan Jepang di atas kapal Perang AS Missouri di Teluk Yokohama. Kemudian tanggal 9 September 1945 tentara Jepang di Cina juga menyerah, dengan menandatangani naskah penyerangan di Nanking.
Berakhirnya Perang Cina – Jepang setelah pada Perang Dunia II berakhir, membuat derajat Cina naik dimata dunia internasional. Hal ini berkaitan dengan Cina menjadi salah satu anggota the Big Five disamping Inggris, AS, Rusia dan Perancis.
d.   Perang Nasionalis – Komunis (1946 - 1949)
Partai Nasionalis merupakan pelapor terjadinya revolusi di Cina yang menyebabkan berdirinya Republik Nasionalis Cina. Berdirinya Republik Nasionalis Cina berarti menandai berakhirnya kekuasaan dinasti manchu yang lemah dan kolot serta tidak mampu untuk mengatasi imperialisme di Cina. Dan dengan pemerintahan Republik Nasionalis ini Cina berarti memasuki kakak baru yaitu menuju modernisasi Cina yang bisa disejajarkan dengan bangsa-bangsa lain terutama bangsa barat.
Partai Komunis Cina yang berdiri tahun 1921 merupakan bagian dari komintern di bawah pimpinan Rusia. Setelah itu Rusia banyak mengirimkan penasehat-penasehatnya ke Cina untuk mengadakan perjanjian dengan kaum Nasionalis dan membantu Partai Komunis Cina agar bisa diterima keberadaanyya di Republik Nasionalis Cina. Maka pada tanggal 26 Januari 1923 ditandatangani perjanjian antara Dr. Sun Yat sen dengan Joffe dari utusan Rusia. Dengan adanya perjanjian tersebut mulailah terciptanya hubungan baik antara Kuo min Tang di Kanton dan Rusia.
Kemudian Rusia mengirim kembali delegasinya ke Cina yang diwakili oleh Michael Borodin dan Jenderal Blucher. Borodin oleh Dr. Sun Yat Sen dipercayakan untuk mengurus masalah-masalah Kuo Min Tang, sedangkan Jenderal Blucher ditugaskan pada Akademik militer di Whampoa yang didirikan pada tahun 1924 dibawah pimpinan Chiang Kai Shek.
Dengan masuknya Borodin dan Blucher sebagai tangan kanan Dr. Sun Yat Sen, pengaruh komunis di Cina mulai menonjol. Hal ini terlihat pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi Kuo min Tang, yang kemudian dilanjutkan dengan Kongres Partai nasional pada tahun 1924. Ada 2 keputusan penting dalam Kongres tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Diperkenankan masuknya Partai Komunis Cina dalam organisasi Kuo min Tang yang bertujuan memperkuat unsur-unsur revolusioner dalam negeri Cina.
2.    Menetapkan kembali azas San Min Chu I yang menjadi dasar Partai Kuo Min Tang.
Salah seorang pemimpin Partai Komunis Cina yang masuk ke dalam Kuo Min tang adalah Mao Tze Tung yang diangkat menjadi ketua panitia propaganda dari partai baru.
Perjanjian yang dibuat antara Dr. Sun Yat sen Rusia menimbulkan kekawatiran negara-negara besar seperti  Amerika Serikat, Inggris dan Perancis. Karena perjanjian tersebut merupakan perjanjian politik pertama yang ditandatangani oleh seorang pemimpin Cina Nasionalis dengan negara lain yaitu Komunis Rusia.
Kerjasama tersebut tidak berlangsung lama, sebab Dr. Sun Yat  sen keburu meninggal pada tahun 1925. Sementara di kanton, Chiang Kai Shek sebagai pengganti Dr. Sun Yat Sen semakin tidak suka terhadap penasehat-penasehat Rusia dan kaum komunis Cina. Ia beranggapan bahwa komunis dapat membahayakan persatuan nasional Cina. Untuk itu pada tahun 1926, Chiang kai Shek memberlakukan UU Perang dan melakukan penangkapan terhadap penasehat-penasehat Rusia dan wakil-wakil partai komunis. Hal ini dilakukan oleh Chiang Kai Shek setelah itu mengetahui bahwa tujuan masuknya komunis ke Cina adalah untuk menghancurkan kaum Nasionalis.
Tindakan ini sebagai bentrokan pertama antara Chiang Kai Shek atau Partai Nasionalis dengan Partai Komunis Cina.
Apalagi pada tahu 1927 pemerintah Nasionalis Cina memulangkan Borodin dan Blucher ke Rusia dan hal ini juga menyulut terjadinya perpecahan antara kaum nasionalis dan kaum komunis.
Sejak saat itu pertentangan dan permusuhan antara nasionalis dan komunis semakin mendalam, sehingga perang saudarapun tidak dapat dielakan lagi. Dan untuk beberapa saat perang saudara dapat dihentikan, hal disebabkan adanya penyerangan tentara Jepang ke Cina Utara. Dengan penyerangan tersebut menimbulkan terjadinya persatuan nasionalis antara kaum nasionalis dengan kaum komunis yang sepakat untuk melakukan perlawanan dan pengusiran tentara jepang dari wilayah Cina.
Selama Perang Dunia II mereka bersatu, tetapi pada hakekatnya persatuan ini hanya bentuk luarnya saja, karena diri dalam mereka saling berusaha untuk melenyapkan lawannya. Setelah Jepang menyerah dan berakhirnya Perang Dunia II, habislah persatuan palsu antara Nasionalis dan Komunis.
Perang Nasionalis dan Komunis atau perang saudara timbul kembali pada tahun 1946, setelah mereka bersama-sama melakukan peperangan melawan Jepang (Perang Cina - Jepang). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perang saudara antara lain :
1.      Adanya saling curiga mencurigai yang selalu berebut pengaruh dan kekuasaan di wilayah Cina.
2.      Adanya perintah Chiang Kai Shek untuk tidak mengakui keberadaan Partai Komunis Cina.
Menurut pendapat Soebantardjo “Sari Sejarah: Asia – Australia” (jilid I; hal 38) dikatakan bahwa sebab khusus perang saudara ini ialah perintah Chiang kai Shek bahwa tentara Jepang tidak boleh kepada siapapun kecuali kepada pemerintah Chungking dan tentara Jepang sebelum itu harus tetap pada tempatnya masing-masing untuk menjaga keamanan dan ketertiban..
Perintah Chiang Kai Shek ini merupakan penghinaan terhadap komunis, dan hal ini yang menjadi sebab khusus terjadinya perang saudara antara Nasionalis dan Komunis.
Upaya perdamaian keduanya sudah lama dilakukan oleh Amerika Serikat, baik pada masa pemerintahan Roosevelt sampai masa pemerintahan Trumans, namun semua usahanya itu akhirnya sia-sia.
Dalam perang saudara ini tentara Nasionalis mengalami kekalahan terus-menerus, meskipun mandapat bantuan dari Amerika Serikat baik ekonomi maupun militer. Kekalahan tentara Nasionalis ini disebabkan oleh :
1.      Korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh para pemimpin Nasionalis terhadap bantuan AS.
2.      Rasa tidak puas dikalangan tentara Nasionalis, sehingga mereka mudah dipengaruhi oleh propaganda komunis.
3.      Chiang Kai Shek tidak memupuk kekuatan sendiri, tetapi hanya menyadarkan diri kepada Amerika Serikat.
4.      Penghentian bantuan AS, karena dipandang tidah bermanfaat lagi.
Sedangkan kemenangan yang diperoleh tentara Komunis disebabkan oleh :
1.      Bantuan Rusia sejak awal berdirinya Partai Komunis Cina, apalagi setelah Rusia memperoleh tuntutannya dari Jepang dimana Manchurai dan seluruh senjata jepang diserahkan kepada Rusia. Kemudian oleh Rusia diserahkan kepada tentara Komunis Cina. Sehingga kaum komunis Cina lebih kuat. Begitu juga dengan kedudukan Rusia di Cina menjadi lebih kuat.
2.      Dalam kalangan Komunis korupsi diberantas dengan kejam, sehingga pemerintahan menjadi kuat.
3.      Komunis membagi-bagikan tanah kepada para petani, dan hal ini menimbulkan semangat berperang bagi para petani.
Akhirnya seluruh Cina dapat dikuasai oleh Komunis dan pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Tze Tung memproklamsikan berdirinya Republik Rakyat Cina dengan ibu kotanya Peking. Sementara Chiang Kai Shek dengan pendukungnya pindah ke Taiwan.
Kesimpulan yang diperoleh dari uraian diatas, bahwa perang saudara di Cina antara Nasionalis dan Komunis adalah sebenarnya perang dua kekuatan ideologi yakni Komunis Rusia dengan Nasionalis Amerika Serikat.
e.    Berdirinya Republik Rakyat Cina
Masa peralihan dari kekuasaan Republik Nasionalis Cina ke Republik Rakyat Cina, sudah lama dipersiapkan oleh Mao Tze Tung. Pada saat berlangsungnya Perang Dunia II ada dua perhatian Mao Tze Tung khususnya dalam perang Jepang melawan sekutu. Pertama betapa kewalahan Jepang dalam menghadapi tentara sekutu, dan dengan. Rusia ikut serta dalam peperangan itu, maka sudah dapat diperkirakan Jepang tidak akan bertahan lama. Apalagi setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Kedua yang menjadi perhatian Mao Tze Tung adalah sengketanya denga Chiang Kai Shek, yang dinilainya  menentukan system sosial yang akan dianut oleh Negara Cina pada pasca Perang Dunia II, yaitu system kapitalisme ala Kuo Min Tang atau Sosialisme ala Partai Komunis Cina.
Jepang sendiri diluar dugaan ternyata pada tanggal 10 Agustus 1945 menyetujui perjanjian  Poatdam yang dirumuskan oleh pihak sekutu. Dan pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah kepada sekutu. Dalam menanggapi peristiwa yang amat menentukan itu Pemerintah Republik Cina segera menginstruksikan kepada segenap jajarannya untuk mengambil alih kedudukan tentara Jepang di seluruh pelosok wilayah Cina. Sebaliknya Panglima Angkatan bersenjata Partai Komunis Cina, Chu Te mengeluarkan perintah harian yang pada intinya menyerukan agar sebagian dari Tentara Merah  memasuki Manchuria, dan menuntut kepada pemerintah Cina agar perlucutan senjata terhadap bekas tentara penduduk dan Jepang di daerah-daerah yanng dikuasai Partai Komunis, supaya diserahkan kepada Partai komunis. Namun dalam kenyataannya Pemerintah Cina tidak berdaya sama sekali karena Manchuria terlanjur dikuasai Rusia dan kemudian diserahkan kepada partai Komunis Cina.
Pertengahan tahun 1949 Partai Komunis Cina berhasil menguasai sebagian besar wilayah Cina. Kemenangan Partai Komunis Cina terhadap Partai Nasionalis Cina tidak lepas dari taktik jitu Mao Tze Tung yaitu “Desa mengepung Kota”. Taktik Mao Tze Tung sangat berbeda dengan kalangan revolusioner ortodok yang amat patuh dengan instruksi Komintern yaitu untuk melakukan pemogokan kaum buruh pada industri-industri besar seraya menempatkan kaum tani di pinggiran. Justru taktik Mao inilah yang efektif.
Beberapa tahun sesudah kemenangan itu Mao menekankan bahwa kemanangan revolusi Cina itu karena mengindahkan nasehat Stalin. Kendati pihak Rusia jauh lebih suka jika Cina tetap lemah, terpecah-pecah dan diwarnai konflik dalam tubuh militer.
Mao Tze Tung mulai mempersiapkan pembentukan suatu negara Cina sebagaimana yang dicita-citakan oleh Panitia Parsiapan komuni. Pertama-tama diambil prakarsa untuk membentuk Panitia Persiapan Majelis Permusyawaratan politik. Para pemimpin dari organisasi politik dan lembaga kemasyarakatan lain yang progresif diundang untuk menjadi anggota Panitia Persiapan tersebut.
Dalam sidang tanggal 15 – 19 Juni 1949 Panitia Persiapan Permusyawaratan Polotik berhasil memilih 21 orang untuk menjabat sebagai Dewan Harian, dengan Mao Tze Tung sebagai ketui, Chou En Lai sebagai wakil. Mereka itu memiliki tugas sebagai berikut:
1.    Menyusun daftar organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan, yang kemudian akan menunjuk utusannya sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Politik.
2.    Menyusun Undang-undang Pokok majelis Permusyawaratan Politik.
3.    Menyusun naskah Program Bersama.
4.    Menyusun rencana pembentukan Pemerintahan Republik Rakyat Cina.
5.    Menyusun naskah proklamasi berdirinya Republik Rakyat Cina.
6.    Merencanakan ketentuan-ketentuan tentang Bendera Nasional Cina, lagu Kebangsaan RRC dan Lambang Nasional RRC.
Republik Rakyat Cina diproklamasikan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Cina, Mao Tze Tung pada tanggal 1 Oktober 1949 di Peking berdasarkan keputusan majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Cina dalam sidang yang diselenggarakan antara tanggal 21 sampai 30 September 1949. Sejak berakhirnya Republik Rakyat Cina maka di daratan Cina terdapat dua lembaga induk politik yaitu :
1.    Negara Republik Rakyat Cina.
2.    Partai Komunis Cina.
Dua lembaga tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Partai Komunis Cina bergerak dalam ruang lingkup kehidupan antar Partai Komunis Dunia, sedangkan Republik Rakyat Cina bergerak dalam ruang lingkup kehidupan antar negara-negara di dunia. Pimimpindari Republik Rakyat Cina dijabat oleh anggota-anggota Partai Komunis Cina, dan sebagai tercermin pada bendera nasional Cina, maka garis-garis politik Republik Rakyat Cina ditentukan oleh Partai Komunis Cina.
Bendera Nasional Cina berupa :
·         Berwarna merah, yang melambangkan revolusi
·         Empat bintang kecil-kecil berwarna kuning di bagian pojok atas, yang masing-masing melambangkan kelas buruh, kelas tani, kelas borjuis kecil.
·         Kelas borjuis nasional: berjajar merupakan setengan lingkaran
Sebuah bintang besar berwarna kuning yang dilingkari empat bintang-bintang kecil tersebut atas melambangkan kepemimpinan Partai Komunis.
Sebelum ada Undang-undang Dasar, maka Republik Rakyat Cina menggunakan Program Bersama hasil rumusan sidang Pleno Majelis Permusyawaratan Politik tanggal 29 Oktober 1949.
Dasar-dasar dan haluan politik Republik Rakyat Cina digariskan secara jelas dalam Program bersama, yang pokok-pokoknya adalah sebagai berikut :
1.    Rakyat Cina bangkit dari status terjajah menjadi tuan rumah dari suatu masyarakat baru, serta telah menggantikan pemerintahan reaksioner yang feodal, koruptor kediktatoran fascis Kuo Min Tang, dengan suatu Republik Kediktatoran Demokrasi Rakyat.
2.    Kediktatoran Demokrasi Rakyat Cina adalah kekuasaan Negara dari front persatuan demokrasi rakyat, yang terdiri atas kelas buruh tani, borjuis kecil, borjuis nasional dan unsur lain denokrasi patriotis Cina, berdasarkan persekutuan antara kaum buruh dan kaum tani dan dipimpin oleh kelas buruh.
3.    Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Cina yang terdiri atas para wakil dari Partai komunis Cina, segenap partai-partai demokrastis dan organisasi rakyat, wakil-wakil dari seluruh daerah, tentara pembebasan rakyat Cina, segenap suku bangsa, Cina Perantauan, serta unsur-unsur demokratis Patriotis lainnya adalah bentuk pengorganisasian dari front persatuan demokrasi rakyat.
4.    Republik Rakyat Cina akan menyita modal-modal birokratis dan menjadikannya milik dari Negara rakyat.
5.    Wanita menikmati hak yang sama dengan kaum pria dalam segala kehidupan.
6.    Republik Rakyat Cina akan bersatu dengan semua Negara dan Rakyat pecinta perdamaian , terutama dengan Uni Soviet.
7.    Kongres Rakyat Cina adalah lembaga kekuasaan Negara. Pemerintah Rakyat Pusat adalah lembaga tertinggi penyelenggaraan kekuasaan Negara, mana kala Kongres Rakyat nasional tidak bersidang.
8.    Politik luar negeri Republik Rakyat Cina bersandar pada prinsip melindungi kemerdekaan, kebebasan, keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara, menjunjung tinggi perdamaian internasional. Yang langgeng dan kerjasama yang bersahabat antar rakyat-rakyat di dunia serta menentang politik agresi dan perang kaum imperialis.
9.    Republik Rakyat Cina akan berusaha keras untuk melindungi hak yang legal kepentingan-kepentingan dari orang-orang Cina yang bertempat tinggal di luar negeri.
10.     Republik Rakyat Cina akan memberikan perlindungan kepada warga asing mengungsi ke Cina karena mereka membela kepentingan rakyat dalam perjuangannya untuk perdamaian dan demokratis.
Soviet RRC diproklamasikan, pada tanggal 2 Oktober 1949 Uni Soviet menyatakan pengakuan terhadap berdirinya Negara RRC, yang kemudian diikuti oleh negara-negara Eropa Timur, bahkan negara Eropa Barat seperti : Inggris, Belanda, Norwegia, Swedia, Denmark dan Firlandia. Kemudian menyusul pangakuan dari negara-negara Asia, Afrika dan Amerika.
B.  Deskripsi Temuan Penelitian
Menurut pendapat Sugeng Riadi “Kapita Selekta Cina” (hal 30, 35, dan 42) dikatakan bahwa timbulnya nasionalisme Cina adalah sebagai berikut :
1.      Pada masa dinasti Ming, gerakan nasionalisme mulai timbul, yakni berkenaan dengan pemberontakan orang-orang Cina terhadap bangsa Mongol.
2.      Peritiwa-peristiwa yang mempercepat runtuhnya dinasti Ching seperti Pemberontakan Teratai Putih; Perang Candu I (1840 - 1864); Pemberontakan Tai Ping (1850 - 1864) dan Perang Candu II (1856 - 1858). Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan menifestasi tumbuhnya nasionalisme bangsa Cina yang mulai bangkit dan berusaha mengusir bangsa Manchu (Dinasti Ching).
3.      Gerakan Boxer (1906 - 1911) yang merupakan perwujudan rasa nasionalisme yang tumbuh pada bangsa Cina dengan tujuan mengusir bangsa lain.
Sun Yat Sen  (1866-1925), tercatat dalam sejarah Cina sebagai pelapor dalam gerakan revolusi di Cina. Puncak dari gerakan nasionalis adalah dengan meletusnya revolusi nasional pada tanggal 10 Oktober 1911 di Wuchang yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. Terjadinya revolusi nasional Cina adalah kemenangan kaum revolusioner yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Ching atau dinasti Manchu. Maka pada tanggal 1 Januari 1912 ditetapkan sebagai Republik Cina dengan Dr. Sun Yat Sen sebagai presidennya.
Setelah Sun Yat Sen meninggal tahun 1925, pada tanggal 9 Juli 1926 Chiang Kai Shek diangkat menjadi pemimpin Tentara Nasional. Sebagai pemimpin pemerintahan nasionalis yang baru Chiang Kai Shek memiliki rencana sebagai berikut :
1.    Menghancurkan warlord untuk membersihkan Cina Utara dan memasukkannya dalam negara kesatuan Cina, hal ini dengan menyatukan Cina berarti menyelesaikan Revolusi Nasioal Cina.
2.    Menghancurkan kaum komunis di Kiangshi dan melenyapkan komunis dari muka bumi Cina.
Masuknya pengaruh Rusia (komunis) ke Cina, berkaitan dengan berakhirnya pemerintahan Tzar akibat terjadinya Revolusi Bolshevik pada bulan Oktober 1937.
Perang Cina-Jepang tahun 1937-1946 ini lebih hebat dan lebih dasyat karena mendapat perlawanan yang gigih dari seluruh rakyat Cina. Perlawanan yang gigih itu tidak lain karena adanya jalinan dalam front persatuan Nasional antara Partai Nasionalis dengan Partai Komunis yang saling bantu membantu dalam menghadapi agresi Jepang.
Perang Nasionalis-Komunis atau perang saudara timbul kembali pada tahun 1946, setalah bersama-sama melakukan peperangan melawan Jepang (Peang Cina - Jepang). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perang saudara antara lain :
1.    Adanya saling curiga mencurigai yang selalu berebut pengaruh dan kekuasaan di wilayah Cina.
2.    Adanya perintah Chiang Kai Shek untuk tidak mengakui keberadaan Partai Komunis Cina.
Menurut pendapat Soebantardjo “Sari Sejarah: Asia – Australia” (jilid I : hal 38) dikatakan bahwa sebab khusus perang saudara ini ialah : perintah Chiang Kai Shek bahwa tentara Jepang tidak boleh kepada siapapun kecuali kepada pemerintah Chungking dan tentara Jepang sebelum itu harus tetap pada tempatnya masing-masing untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Perintah Chiang Kai Shek ini merupakan penghinaan terhadap komunis , dan hal inilah yang terjadi sebab khusus terjadinya perang saudara antara Nasionalis dan Komunis.
Akhirnya seluruh Cina dapat dikuasai oleh Komunis dan pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Tze Tung memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina dengan ibu kotanya Peking. Sementara Chiang Kai Shek dengan pendukungnya pindah ke Taiwan.


KESIMPULAN

1.    Ide-ide baru yang menyegarkan seperti demokrasi, nasionalisme dan individualisme yang dibawa ke Cina oleh Orang Barat, semakin menarik banyak perhatian pemikir-pemikir Cina. Sebagian di antaranya ada yang menganjurkan untuk dilakukan suatu reformasi, sedangkan sebagian yang lainnya menyiapkan suatu revolusi. Puncak dari gerakan nasionalis adalah dengan meletusnya revolusi nasionalis pada tanggal 10 Oktober 1911 di Wuchang yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen dan berhasil menggulingkan dinasti Manchu. Tahun 1912 berdirinya Negara Republik Nasional Cina dengan Dr. Sun Yat Sen sebagai Presiden pertamanya.
2.    Chiang Kai Shek ingin membentuk pemerintahan yang jujur dan melindungi industri nasionalnya dengan usaha-usaha yang dilakukan adalah menghancurkan warlord untuk membersihkan Cina Utara dan memasukannya dalam negara kesatuan Cina, hal ini dengan menyatukan Cina berarti menyelesaikan Revolusi Nasional Cina dan menghancurkan kaum komunis di Kiangshi dan melenyapkan komunis dari muka bumi Cina.
3.    Usaha-usaha Mao Tze Tung dalam merubah ideologi nasionalisme ke Sosialis Komunis yaitu dengan mendirikan Partai Komunis Ciana dengan bantuan dari Rusia, memberantas korupsi sedangkan kejam dikalangan komunis, sehingga pemerintahan menjadi kuat dan membagi-bagikan tanah kepada para petani, hal ini dapat menimbulkan semangat berperang bagi para petani.

DAFTAR  PUSTAKA

Dimyanti, M. 1961, Sejarah Pergolakan di Timur Tengah dan Timur
Jauh; Dharma, N.V, Jakarta.
Ebenstein William, Fogelmar Edwin. 1987. Isme-Isme Dewasa Ini;
Terjemah Erlangga, Jakarta.
Riadi Sugeng. 1991, Kapita Selekta Sejarah Cina; Virginia Press,
Jakarta.
Sukisman WD. 1987, SejarahCina Kontemporer Jilid I dan II; PT
Prdnya Paramita, Jakarta.
Soebantardjo, 1960, Sari Sejarah: Asia Australlia Jilid I, Yogyakarta.
Barbara, Ward, 1983, Lima Pokok Pikiran Yang Mengubah Dunia;
Terjemah Pustaka Jaya, Jakarta.
Smith, Anthony D, 2003, Naionalisme, Teori, Ideplogi dan
Sejarah; Erlangga, Jakarta.
Lukman, Cecilia, 1992, Oxford Ensiklopedia Pelajar. Jilid 7; Grolier
Internasional, Jakarta.
Cayne, Bernard S, (ed) 1988, Negara dan Bangsa; Grolier Internasional,
Jakarta.
Ta, Tzen Po, 2000, Mao Tze Tung, Desa Mengepung Kota: Peralihan dari
Revolusi Demokrasi ke Sosialisme; Penerbit Kreasi Wacana,
Yogyakarta.
Ch’en Jerome, (eb) 1970, Studies in The Social History China and South East
Asia; Cambridge University London.
Winardi, 1986, Kapitalisme Versus Sosialisme: Suatu Analisis Ekonomi
Teoritis; Remaja Karya, Bandung.
Mills, C. Wrigh, 2003, Kaum Marxis: Ide-Ide Dasar dan Sejarah
Perkembangan :Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Horowitz, Louis Irving, 1985, Revolusi, Militerisasi dan Konsolidasi
Pembangunan: Bima Aksara, Jakarta.
Dukumen Negara; Gerakan Komunisme Internasional, Dep. Hankam
  Indonesia.

Encarta Premium 2006; Sistem Pemerintahan Cina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar